Banyak hal positif yang bisa kita dapatkan dengan melakukan wisata (traveling). Selain untuk penyegaran dan terbebas sejenak dari rutinitas, berwisata secara tidak langsung akan mempengaruhi cara berfikir Anda dalam memandang kehidupan.
Dalam hidup, Anda perlu melihat dan merasakan hal-hal yang berbeda. Sangat penting untuk melihat tempat-tempat baru dengan budaya yang berbeda pula. Anda akan mendapatkan banyak pengetahuan dan pikiran Anda akan terbuka pada hal-hal baru. Anda akan mudah menerima perbedaan dan rasa toleransi Anda akan meningkat. Berwisata mengajari Anda tentang kehidupan bermasyarakat yang sehat. Selain itu, Anda juga akan lebih menghargai alam dan mensyukuri anugerah Tuhan.
Tidak semua orang Indonesia terbiasa melakukan wisata, bisa dikatakan hanya sebagian kecil saja yang melakukannya secara rutin. Bahkan, masih ada orang Indonesia yang seumur hidup belum pernah ke luar dari pulau tempatnya dilahirkan. Saya pernah berbincang dengan seorang supir di Bali, dia mengatakan belum pernah sekalipun keluar dari pulau Bali. Alasannya karena tidak ada keperluan dan terlalu sibuk bekerja.
Menurut saya, ada beberapa faktor yang menyebabkan berwisata dianggap tidak perlu bagi sebagian masyarakat Indonesia, yaitu:
1. Masalah Biaya
Ini adalah alasan terbesar yang menghalangi keinginan berwisata bagi kebanyakan orang. Jangankan untuk berwisata, kebutuhan pokok saja kadang tidak terpenuhi. Meskipun hanya berwisata di dalam negeri, sedikitnya 2-3 juta akan keluar dari kantong Anda. Sampai saat ini pekerja kantoran di Indonesia masih ada yang bergaji 2.5 juta sebulan. Tentu sangat sayang mengeluarkan uang sebesar satu bulan gaji hanya untuk berwisata.
2. Cuti Kerja yang Pendek
Seperti yang kita ketahui bersama, hak cuti tahunan bagi pekerja Indonesia hanya 12 hari. Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 79 ayat 2, disebutkan bahwa hanya karyawan yang sudah bekerja minimal 12 bulan yang berhak mendapat cuti tahunan 12 hari. Itu berarti perusahaan berhak untuk menolak permintaan cuti karyawan yang masa kerjanya kurang dari 12 bulan. Hal ini berbeda dengan negara-negara lain, apalagi negara-negara Eropa, misalnya Prancis memiliki cuti 2 bulan dalam setahun. Masa cuti yang pendek menyebabkan kita kesulitan mengatur jadwal wisata, apalagi jika Anda ingin melakukan wisata berantai dari satu kota ke kota yang lain, atau dari satu negara ke negara yang lain. Kebanyakan cuti tahunan tidak bisa diambil sekaligus, karena biasanya atasan kita akan komplain jika kita terlalu lama meninggalkan pekerjaan. Belum lagi jika cuti tahunan sudah habis duluan karena banyak acara keluarga (saudara menikah, menjenguk saudara yang sakit, melawat saudara yang meninggal, dan lain-lain).
3. Menikah Muda
Kebanyakan orang Indonesia menikah di usia muda, katakanlah di bawah 30 tahun. Bahkan bagi wanitanya ada yang sudah menikah di bawah usia 25 tahun. Saat mereka baru bekerja sebentar, tak lama kemudian menikah dan memiliki anak. Akhirnya waktu untuk diri sendiri sudah tidak ada lagi. Membawa anak-anak yang masih kecil untuk berwisata cukup merepotkan. Anda juga akan keluar biaya ekstra untuk melengkapi berbagai kebutuhan anak-anak saat berwisata.
4. Anggapan Berwisata Tidak Penting
Berwisata memang bukan kebutuhan primer. Orang biasanya menaruh wisata di bawah kebutuhan utama dalam daftar kebutuhan bulanan atau tahunan. Dengan demikian terbentuk anggapan umum bahwa berwisata tidak penting untuk dilakukan. Saya sering melihat banyak orang yang sudah cukup lumayan keuangannya tetap tidak melakukan wisata. Mereka lebih suka membeli alat-alat elektronik keluaran terbaru, seperti handphone, laptop, tablet, atau kredit kendaraan.
5. Tidak Memiliki Rasa Ingin Tahu
Orang tipe ini merasa cukup puas dengan apa yang mereka dapatkan dalam hidupnya. Mereka merasa tidak perlu tahu tempat-tempat lain, tidak ingin mempelajari budaya lain, tidak ingin tahu seperti apa kehidupan di luar tempatnya hidup selama ini. Biasanya mereka menilai norma-norma adat dan kepercayaan mereka yang paling benar, ciri khas orang yang hidupnya tidak pernah melihat dunia lain atau seperti katak dalam tempurung.
6 Takut Pada Hal-Hal Baru
Banyak orang yang takut pada hal-hal baru atau takut pada sesuatu yang tidak biasa mereka lakukan. Contohnya seperti takut mencoba makanan baru, takut bertemu orang-orang baru atau orang asing, takut berbicara bahasa Inggris, takut kepanasan atau kedinginan, takut naik pesawat, takut naik kapal laut, dan lain-lain. Akhirnya mereka tidak pernah berwisata hanya karena ketakutan.
Jika Anda masih berpikir melakukan wisata hanya membuang-buang uang, ubah pandangan Anda itu mulai sekarang. Anda dapat mulai membuat tabungan khusus untuk berwisata. Mulai saja dari negara sendiri, cukup banyak tempat yang bisa Anda kunjungi di Indonesia. Saya yakin, dalam cuti lima tahun pun tak akan cukup untuk mengunjungi semua tempat wisata di Indonesia.
Bagi keluarga disarankan agar sering-sering melakukan wisata bersama. Berwisata sekeluarga dapat mempererat hubungan keluarga. Bagi pasangan, berwisata bersama akan membangkitkan romatisme dan kehangatan cinta. Orang-orang yang biasa berwisata cenderung lebih bahagia dibandingkan mereka yang tidak pernah berwisata.
Salam jalan-jalan,
Desi Sachiko
*
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
Leave A Reply