Sudah menjadi tradisi di mana pun, setelah melakukan pernikahan akan digelar pesta pernikahan. Pesta itu disebut dengan nama “Resepsi”, yaitu pertemuan atau perjamuan resmi yang diadakan untuk menerima tamu-tamu yang diundang.
Resepsi pernikahan ada yang dilangsungkan pada hari yang sama dengan hari pernikahan, dan ada juga yang diadakan setelah hari pernikahan. Tempatnya tentu saja terserah yang punya acara, bisa di rumah, di lapangan, atau di dalam ruang gedung yang biasa disewakan untuk umum.
Kebanyakan orang Indonesia sangat heboh dan senang merepotkan diri dalam menyelenggarakan resepsi pernikahan. Hal itu bisa dilihat dari jumlah undangan yang disebar. Mulai dari ratusan sampai ribuan undangan, kalau bisa orang sekota diundang semua! Padahal orang-orang yang diundang belum tentu orang-orang yang mereka kenal dekat.
Saya sering menerima undangan resepsi pernikahan dari orang yang tidak saya kenal. Jangankan pernah berkomunikasi dengannya, melihat atau tahu namanya saja tidak pernah. Kok bisa-bisanya mengundang?? Hal ini biasa terjadi di Jakarta, khususnya untuk keturunan Betawi. Di dalam undangan pernikahan ada yang namanya “Turut Mengundang” yaitu daftar nama keluarga, saudara, atau orang-orang dekat yang diberikan hak atau tugas untuk mengundang orang lain yang dikenalnya. Jadi pengantin belum tentu kenal dengan orang-orang yang datang ke pestanya, karena bisa jadi mereka itu datang atas undangan dari si “Turut Mengundang”.
Hal ini sangat berbeda dengan resepsi pernikahan di luar negeri. Mereka hanya mau mengundang orang-orang dekat atau orang yang mereka kenal baik. Di Perancis, undangan pernikahan sudah disebar jauh-jauh hari, bahkan bisa berbulan-bulan sebelumnya. Penerima undangan harus memberikan konfirmasi kepada penyelenggara resepsi, apakah dia bisa datang atau tidak. Hal ini penting untuk mendata dan mempersiapkan seluruh keperluan pesta. Cinderamata pernikahan pun disiapkan khusus untuk masing-masing undangan, misalnya dengan menuliskan nama orang yang diundang pada cinderamata atau pada bungkusnya. Kadang cinderamata berbeda bagi tiap undangan karena disesuaikan dengan masing-masing orangnya.
Sebenarnya resepsi pernikahan tidak perlu harus heboh mengundang banyak orang. Cukup keluarga dan orang-orang yang kita kenal dekat saja. Tujuan dari resepsi pernikahan sebenarnya adalah untuk bersyukur dan bergembira, juga untuk memberikan semacam pengumuman agar orang-orang tahu bahwa pasangan tersebut sudah menikah, agar tidak terjadi fitnah pada pasangan tersebut di kemudian hari (seperti yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW).
Sayangnya kini resepsi pernikahan bukan lagi murni sebagai tanda syukuran pengantin dan keluarganya, namun sudah terselip pikiran untuk mendapatkan keuntungan (uang). Semakin banyak orang yang diundang tentu semakin banyak angpau (uang dalam amplop) yang didapat. Harapan mendapatkan keuntungan atau setidaknya balik modal (terdengar seperti berjualan) sampai ada yang mencetak undangan yang ditulisi kalimat “Tanpa mengurangi rasa hormat, kami harap tanda kasih Anda tidak berupa cinderamata atau karangan bunga” (baca: kami cuma mau uang!). Padahal orang datang dan memberi doa saja sudah merupakan hadiah dan penghormatan.
Saya sering datang ke resepsi pernikahan yang mengundang banyak orang, namun hidangan yang tersedia kurang pantas untuk disajikan kepada para tamu dari segi kualitas dan kuantitas. Hidangan sering habis duluan padahal tamu-tamu masih banyak yang berdatangan. Bukankah hal tersebut tidak sopan? Anda berhak mengadakan resepsi dan mengundang banyak orang, namun imbangi juga dengan menyediakan tempat dan hidangan yang pantas. Jangan hanya memikirkan berapa jumlah angpau yang akan didapatkan nanti.
Tak perlu gengsi karena tidak membuat resepsi besar. Kalau saya sih tidak mau bersalaman dengan ribuan orang yang saya sendiri tidak tahu nama orang tersebut atau bingung di mana saya pernah bertemu dengannya. Selain capek, rasanya pesta menjadi kurang intim/dekat dengan kehadiran orang-orang tak dikenal. Tak beda dengan warteg; orang tak dikenal datang, pemilik menyambut, diberi uang, makan, lalu pulang!
Saya pikir lebih baik mengundang sedikit orang namun semua adalah orang-orang yang Anda kenal dengan baik. Suasana pesta pasti akan lebih hangat dan menyenangkan.
Salam pesta,
Desi Sachiko
Featured pic taken from herworldplus.com
Baca juga:
Hal Yang Tak Patut Ditanya: Kapan Nikah??
*
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
Leave A Reply