Apakah Anda termasuk orang yang sering kesal dengan cara orang melayani pelanggan atau klien?? Saya adalah orang yang sering sekali mendapatkan pelayanan buruk. Kebanyakan orang memang hanya menilai penampilan luar kita saja. Kalau Anda terlihat “miskin” maka tak ada pelayanan ramah bagi Anda.
Saya perhatikan, pelayanan yang ramah selalu didapatkan oleh wanita-wanita cantik berkulit putih dengan make-up dan bulu mata super lentik, memakai dress, kerepotan dengan high heels, dan jika bertransaksi menggunakan kartu kredit (hutang) daripada yang mebayar cash atau pakai kartu debit.
Mungkin saya tidak terlihat sebagai potential customer karena penampilan saya tidak glamour. Kalau saya keliling mall, haruskah saya pakai high heels?? Capek deh! Haruskah saya memakai dress atau gaun sedangkan saya mengendarai motor?? Anehkah saya membawa ransel karena saya ingin mengurangi pemakaian kantung plastik??
Ketika saya mencari perlengkapan winter di salah satu mall di Jakarta, SPG konter tersebut sama sekali tidak peduli dengan kehadiran saya. Mungkin dia pikir saya cuma mau lihat-lihat dan tidak mungkin membeli. Perlengkapan winter kan cuma untuk mereka yang mau pergi ke negara empat musim. Kebetulan konter tersebut menjual barang dengan harga yang keterlaluan mahal (pantas konternya sepi). Tanpa sadar saya bergumam, “Ya ampuuun… Kok harganya lebih mahal daripada di Singapura??” SPG yang tadinya tidak sudi melihat saya langsung memandangi saya dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan sinis. Mungkin dia pikir saya bohong atau dia pikir saya adalah TKW yang bekerja di Singapura.
Ada juga SPG yang berpikir saya bodoh hingga dikira bisa ditipu. Ketika saya mencari pakaian berwarna putih bernuansa agak krem, SPG memberi saya sebuah pakaian dengan warna yang saya inginkan. Ketika saya perhatikan ternyata pakaian tersebut kotor, karena saya bisa melihat ada debu kecoklatan yang menempel di tepi-tepi pakaian itu. Saya bilang, “Mbak, pakaian ini kotor, bekas display ya?” Si SPG membantah. Saya kembali menegaskan bahwa saya tahu pakaian itu bekas display. Eh bukannya mengambilkan pakaian yang lain dia malah berkata, “Yang kayak gini namanya broken white, Mbak!!!” Seolah saya bodoh sekali tidak tahu apa itu warna broken white. Astagaaa!!! Bedalah warna broken white dengan warna kena debu! Saya langsung meninggalkan konter pakaian itu dan pergi ke konter lain.
Minggu lalu saya ingin membeli sebuah pakaian. Kebetulan penjaga konternya adalah seorang pria muda (SPM). Ketika saya tanya berapa LD (lebar dada) pakaian yang saya taksir, dia mengatakan tidak tahu. Akhirnya saya meminta untuk membuka pakaian yang masih terlipat rapi tersebut, agar saya bisa mengukur LD-nya (saya selalu membawa meteran jika berbelanja baju). Ukuran pakaian kadang berbeda-beda, tergantung merek dan modelnya juga. Saya memakai ukuran S tetapi terkadang setelah dicoba saya bisa cocok dengan ukuran XS atau malah M. Sayang sekali SPM tersebut melarang saya membuka lipatan pakaian itu. Sudah tidak tahu product knowledge tapi juga melarang calon pembeli mengetahui ukuran pasti pakaiannya. Jelaslah saya batal untuk membeli.
Bukan hanya SPG, profesi yang lebih “tinggi” pun sering melakukan hal-hal mengesalkan semacam itu. Suatu hari saya pernah mendatangi sebuah kantor notaris bermaksud untuk membuat surat perjanjian. Ketika saya berdiri di depan pintu tidak ada yang mempersilahkan saya masuk. Ketika sudah berhadapan dengan seorang notaris, dia nampak tidak memperhatikan pembicaraan saya, matanya sibuk memperhatikan hal lain. Tak lama datang dua orang tamu berwajah Arab dan China. Notaris tersebut langsung meninggalkan saya yang sedang berbicara untuk menyambut tamu-tamu tersebut. Saya pun langsung meninggalkan kantor itu tanpa pamit. Saya kan pakai jasa mereka bayar, bukan gratis!
Ketika penampilan luar dijadikan patokan penilaian, tak heran jika makin banyak orang salah kostum di berbagai tempat agar terlihat keren dan cantik. Makin banyak orang bergaya dengan barang-barang bermerek mahal demi mendapatkan pengakuan agar tidak direndahkan oleh orang lain.
Tidak semua orang yang berpenampilan keren adalah orang berkelas, dan tidak sepatutnya orang yang berpenampilan sederhana diremehkan! Semoga Anda bukan termasuk orang yang mudah terkesan dengan penampilan luar saja.
Salam,
Desi Sachiko
Featured image taken from huffingtonpost.com
*
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
Comment
jadi ingat pengalaman sendiri…sekitar 8 thn yg lalu saya sempat mampir ke salah satu mall di jogya..lupa apa namanya..saya pergi ke salah satu tempat penjualan pakain olah raga dan alat2 olah raga..bermerek lah kata orang kita…pas saya masuk,ada 4 spg ..semuanya ga ada yg menyambut saya..pokoknya acuh bngt,padahal saya lagi liat2 baju2 dan jaket yg memang saya suka…memang sih penampilan saya asal2an…ke mall tapi pakai baju tidur..karena saat itu saya memang lagi super malas ..lagian malam hari..karena jengkelnya dan dongkol dalam hati..saya pilih beberapa lembar baju/kaos ,jaket ,skirt,celana pendek sepatu….harganya juga agak lumayan..saya sengaja PAMER dan balas dendam..supaya si mba2 tau bahwa saya punya duit…saya bisa melihat reaksi para mba tsb…terbengong2 …bahkan ketika saya mau keluar dari tempt stb…si mba2 sikapnya jsi ramah dan bilang supaya kembali belanja disitu lagi…enak aja…dalam hati saya ..ini yg pertama dan terakhir nginjak kaki di tempat mereka…