Di Indonesia tiap tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini, tanggal yang diambil dari tanggal kelahirannya. Nama Kartini biasanya ditambah dengan sebutan Raden Ajeng atau Raden Ayu, yang merupakan gelar bangsawan Jawa.
Ketika saya masih SD, setiap tanggal 21 April anak-anak sekolah “diwajibkan” memakai pakaian tradisional jawa, lengkap dengan sanggul dan make up. Dulu saya tidak banyak bertanya, maklum masih kecil. Yang saya tahu saat itu kita semua merayakan hari Kartini dengan mengenakan kebaya seperti Kartini yang kita lihat di foto-foto hitam putihnya.
Semakin saya dewasa, saya semakin bertanya-tanya, mengapa ibu-ibu kita dulu dibuat kerepotan dan kadang harus mengeluarkan uang yang tidak kecil untuk menyewa atau membeli pakaian dan atribut “Kartini”. Mengapa para pendidik hanya menekankan pada hari peringatan daripada menerapkan pemikiran-pemikiran Kartini pada gadis-gadis cilik di sekolah.
Seingat saya, dulu saya hanya dijelaskan secara garis besar siapa Kartini. Seorang wanita Jawa yang berjuang untuk kesetaraan hak antara pria dan wanita, di antaranya hak mendapatkan pendidikan. Wujud nyata perjuangannya adalah dengan mendirikan sekolah wanita di kota Rembang. Hanya itu saja, bahkan saya dulu tidak pernah diwajibkan untuk membaca buku-buku yang ditulis oleh Kartini.
Awal perjuangan Kartini disebabkan oleh kesedihannya melihat kaum wanita tidak boleh bersekolah, mereka hanya hidup untuk dinikahkan atau dijadikan istri ke sekian, dan mengabdi pada suami. Kartini masih beruntung terlahir dari keluarga bangsawan hingga dia dapat bersekolah meski hanya sampai umur 12 tahun (setelah 12 tahun dipingit untuk menunggu dinikahkan). Kartini bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School) yaitu sekolah dasar pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. Di sanalah Kartini belajar bahasa Belanda.
Kartini memumpahkan semua pemikirannya dalam surat-suratnya yang dikirim pada para sahabatnya di Belanda. Kartini mengeluhkan kondisi sosial dan budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan wanita. Sebagai wanita yang hidup di masa lalu, Kartini tidak mampu melawan tradisi seorang diri. Hingga dia harus rela dinikahkan dengan seorang lelaki yang sudah beristri. Dibalik kepasrahannya, Kartini tetap ingin berjuang untuk para wanita hingga Kartini meminta pada suaminya agar boleh mendirikan sekolah bagi wanita.
Sebenarnya begitu banyak pemikiran Kartini yang pada masanya itu terlihat terlalu “modern”. Salah satu petikan kata-katanya yang saya sukai adalah: “Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu…” Saat itu Kartini “memprotes” agama yang dijadikan senjata bagi kaum laki-laki untuk berpoligami.
Pada masa sekarang ini, di mana wanita Indonesia sudah boleh bersekolah setinggi-tingginya, masih ada saja yang berusaha mengekang wanita memilih jalan hidupnya. Para wanita pun masih banyak yang tidak berani menyuarakan keinginannya, menyerah pada kuasa orang tua atau suami yang belum tentu selalu benar. Jika ada yang berkata bahwa emansipasi wanita jangan sampai merubah kodrat wanita sebagai istri dan ibu, saya juga mau bilang kalau kodrat wanita adalah dinafkahi. Jadi kalau wanita masih harus “terpaksa” bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, mohon suami-suami juga harus tahu diri jika menuntut kewajiban istri. 😀
Saya harap suatu saat wanita Indonesia benar-benar bisa bebas menentukan apa yang mereka mau tanpa takut dianggap “black sheep” atau durhaka. Semoga hari Kartini tidak hanya sekedar diperingati (repot-repot pakai kebaya), namun sebaiknya kita memberikan pengajaran pada anak-anak dengan mendorong mereka berkarya, menanamkan pikiran mandiri dan mengajarkan bagaimana menghargai dirinya sendiri sebagai wanita. Saya bersyukur bahwa bangsa saya, Indonesia, memiliki seorang wanita bernama Kartini. Saya mengagumi Kartini sebagai inspirasi hidup saya.
Selamat Hari Kartini,
Desi Sachiko
*
Baca juga:
Kartini; The Power of Branding!
* * *
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
Comment
hai mbk desi,
saya suka dengan tulisan-tulisn mbak desi..menginspirasi dan tentunya banyak ilmu yang saya dapatkan dari tulisan-tulisan mbk desi. izin share di fb ya mbk.terima ksaih mbak atas tulisn-tulisan mbk, yang menambah wawasan saya.