Sejak zaman masih sekolah, saya sering mengerem laju jalan saya saat berjalan bersama teman-teman. Tadinya saya pikir ini karena kebiasaan saya saja yang sering bepergian sendirian (tidak ada yang diajak ngobrol) hingga tanpa saya sadari memicu gerak saya menjadi cepat. Ternyata saat saya berjalan sambil mengobrol pun saya tetap melangkah dengan cepat.
Apakah orang Indonesia jalannya lambat?? Tadinya saya tidak pernah berpikir begitu, tapi semakin lama saya semakin yakin bahwa orang Indonesia memang lama cara berjalannya. Apalagi setelah saya menetap di Singapura, yang mana irama hidup di sini serba cepat, makin terlihat saja kalau orang Indonesia lebih lambat bergerak.
Sering kali teman-teman saya yang sedang mengunjungi Singapura menyempatkan diri untuk bertemu dengan saya. Ketika kami berjalan bersama, posisi saya selalu di depan mereka. Biasanya saya sadar ketika di sebelah saya tidak ada siapa-siapa. 😀 Meskipun sudah saya minta agar mereka berjalan lebih cepat, tetap saja mereka tidak bisa menambah kecepatan langkahnya. Entah tidak bisa atau tidak mau, bahkan mereka meminta saya jangan buru-buru, capek katanya. Akhirnya mereka sering ketinggalan MRT dan tidak bisa punya banyak waktu untuk melihat-lihat banyak tempat.
Sekarang saya selalu mengingatkan diri saya sendiri untuk berjalan lebih lambat jika saya sedang berjalan dengan orang Indonesia. Daripada dianggap tidak sopan karena saya meninggalkan teman di belakang. Lebih mudah bagi saya untuk berjalan lambat daripada teman-teman saya yang harus menyesuaikan kecepatan langkah saya. Meskipun saya sering tidak sabar (gak sampe-sampe), tapi saya tidak punya pilihan lain.
Sampai saat ini saya belum menemukan orang Indonesia yang bisa berjalan cepat, terutama wanita. Gaya hidup yang santai membuat orang Indonesia menjadi malas (tidak gesit), ditambah pula dengan jarang berolahraga dan tidak biasa jalan kaki. Jalan jauh sedikit tidak mau, apalagi ojek ada di mana-mana. Selain itu mereka merasa tidak diburu waktu, jika terlambat bilang saja “macet” dengan wajah tidak bersalah. Mungkin hal ini sudah menjadi budaya orang Indonesia, seperti bunyi peribahasa Jawa “alon-alon asal kelakon” (biar lambat asal selamat).
Jika Anda tinggal di negara-negara maju, Anda tidak bisa memakai gaya berjalan lambat seperti di Indonesia. Di luar negeri, orang-orang banyak yang berjalan di eskalator, bukan berdiri mematung. Kalau orang Indonesia berpikir “tangganya kan sudah bergerak, ngapain juga masih jalan??” 😀 Para pengguna eskalator di luar negeri selalu berdiri di salah satu sisi eskalator untuk memberi jalan bagi orang lain. Dari sini kita bisa melihat bahwa mereka sangat menghargai waktu. Setiap hal selalu berjalan tepat waktu sesuai jadwal.
Nah, kalau mau merubah Indonesia menjadi negara maju, rubahlah dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Salah satunya adalah dengan mengubah cara berjalan Anda menjadi lebih cepat. Dengan demikian berarti Anda menghargai waktu sendiri dan waktu orang lain dengan tidak membuat orang menunggu Anda. Mari kita gunakan peribahasa baru “Meskipun cepat tetap selamat”.
Salam,
Desi Sachiko
Featured pic taken from honkforhelp.com
*
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
Leave A Reply