Pernahkah Anda bertanya pada istri atau ibu Anda, apakah mereka merasa enjoy memasak? Saya yakin, banyak di antara Anda yang gak pernah menanyakannya. Boro-boro nanya, kepikiran aja nggak! 🙁
Jujur aja saya sebel kalau melihat di media sosial ada suami-suami dari teman-teman saya yang sering share macam-macam masakan dan nge-tag istrinya. Itu cara halus suami kalau minta dimasakin! 😛 Bahkan ada lho yang sampai buat status kalau kewajiban istri itu harus bisa masak! Preeettt… Zaman gini hari masih aja mengidentikkan masak dengan wanita! 🙁
Pernah gak sesekali mereka bertanya pada istri-istrinya, “Sayang, kamu enjoy gak sih masak tiap hari?”. Sumpah, saya benci banget kalo ada orang yang bilang wanita itu harus pintar masak supaya disayang suami. Jadi wanita itu dinilai kualitasnya dari urusan dapur aja?? Memangnya wanita tidak punya nilai lebih lainnya selain urusan bikin makanan buat suami??
Sampai saat ini memasak masih dianggap kewajiban wanita, apalagi bagi ibu rumah tangga. Seolah-olah memasak itu murni tanggung jawabnya wanita. Jadi tidak ada orang yang peduli perasaan para istri atau para ibu mengenai urusan memasak.
Tidak sedikit orang yang mengatakan kriteria istri yang baik itu yang pintar memasak. Akhirnya banyak wanita yang memaksakan diri harus pintar masak atau jadi terobsesi ingin TERLIHAT pintar masak! Makanya banyak wanita yang memenuhi media sosialnya dengan tautan resep-resep masakan! 😛
Saya rasa tidak sedikit wanita yang berusaha menyembunyikan kalau sebenarnya mereka gak suka masak. Mungkin malu mengakuinya atau merasa percuma ngasih penjelasan, tetap aja (terpaksa) harus masak kan?? Well, saya ini termasuk wanita yang gak suka masak dan saya tidak malu mengakuinya! Kalau ada orang yang bilang memasak bisa menenangkan pikiran, kalo saya malah jadi stress bukannya rileks. Memasak satu menu yang mudah saja saya bisa merasa exhausted. Bagi saya kegiatan memasak itu sangat menguras energi dan pikiran. Tapi kalau nulis tiga artikel dalam sehari saya malah merasa nyantai… 😀
Sejak kecil saya memang gak biasa ke dapur. Saat melihat ibu saya memasak, saya gak pernah tertarik untuk ikut nimbrung. Meski demikian saya gak pernah menolak makanan yang dimasak oleh ibu saya, karena saya tahu dia membuatnya dengan pengorbanan. Ibu saya masak setiap hari, masak apa pun bisa dan enak pula masakannya. Eh setelah saya dewasa ibu saya baru ngaku kalo dia sebenarnya gak suka masak lho! Jadi bisa dibanyangin ternyata selama ini ibu saya gak bahagia… 🙁 Ibu saya masak karena dia terpenjara oleh anggapan bahwa masak adalah kewajiban istri.
Sama seperti bekerja di kantor, misalnya Anda bekerja di bagian keuangan. Sebenarnya Anda benci akuntansi tapi Anda bisa melakukan tugas Anda dengan baik. Meski demikian Anda tidak bahagia, yang Anda pikirkan cuma kapan saya pensiun atau kapan saya resign dari pekerjaan ini??
Banyak orang lupa kalau manusia dilahirkan dengan bakat, kemampuan, dan minat yang berbeda-beda. Ingat ya, gak semua wanita tertarik pada bidang masak-memasak. Begitu juga dengan lelaki. Nggak semua lelaki suka bola, gak semua lelaki suka otomotif, gak semua lelaki bisa membetulkan alat-alat elektronik, membetulkan keran air, naik ke atas rumah benerin genteng, bahkan gak semua lelaki bisa mengecat tembok! Memasak itu minat yang ditunjang oleh bakat juga, sama seperti menyanyi, menari, berakting, melukis, mendesain, atau menulis. Jadi wajar aja kalo ada wanita gak suka masak!
Kalau wanita hamil dan melahirkan, ya memang sudah diciptakan “dari sananya” oleh Tuhan. Nggak ada lelaki yang bisa hamil. Nah, kalau memasak itu bisa dilakukan oleh wanita maupun lelaki. Jadi memasak itu bukan kodrat wanita. Memasak adalah sebuah pekerjaan yang sama dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya, seperti berjualan, menyupir, mencuci, membetulkan mobil, dan lain sebagainya.
Oh ya, saya pernah baca, katanya dalam agama Islam sebenarnya memasak itu bukan kewajiban istri lho, karena suami itu harus memberi nafkah istri dalam bentuk yang sudah jadi. Kalau memberi uang ya uang hasil kerja suami bukan hasil ngutang. Kalau memberi makanan ya makanan yang sudah siap santap bukan cuma ngasih bahan-bahan doang lalu nyuruh istrinya masak! Tapi saya di sini gak mau bicara dari sisi agama. Saya cuma bicara dari sisi bakat dan minat.
Dulu, saat suami memutuskan melamar saya, artinya dia sudah tahu saya luar dalam; apa yang saya suka dan apa yang saya gak suka. Jadi saat menjalani pernikahan nggak ada lagi tuntutan egois ini itu di antara kami. Suami saya gak pernah meminta saya memasak. Menurut suami saya, dia gak suka kebohongan hanya untuk menyenangkan dia. Dia bilang ke saya kalo gak suka masak ya jangan masak daripada stress dan gak bahagia. Bagi suami saya yang terpenting itu tahu apa yang kita mau dan melakukan apa yang kita sukai, itu namanya menikmati hidup. Saling menghargai pasangan dan gak memaksakan kehendak, itu inti pernikahan.
Tanpa memasak rutin pun rumah tangga kami baik-baik saja, dibawa fun aja! Kalo pun saya masak ya itu iseng-iseng saja, paling banyak seminggu tiga kali, tapi bukan karena saya merasa itu adalah kewajiban. Kalau saya masak biasanya suami bantu mencuci peralatan masak dan peralatan makannya. Dia bilang saya sudah capek (berusaha) masak jadi dia juga harus bantu saya. Aaaahhh… Jadi makin cinta ama suami saya nih… 🙂 Oh ya, kami juga kadang masak bareng, meski hasilnya kadang jauh dari harapan hahahaa…
Jangan dikira saya gak suka masak lalu jadi kekurangan gizi karena selalu makan makanan luar yang gak jelas bahan-bahannya. Kalau kami beli makanan di luar, kami pilih-pilih yang bersih dan memakai bahan-bahan yang baik. Sebisa mungkin kami membeli makanan organik. Kami pun gak makan makanan instant! Saya juga sering membeli makanan yang dijual teman-teman saya, jadi bagus doang saya ikut melariskan dagangan mereka.
Kalau ada suami yang bilang istri harus pinter masak, mungkin dia tipe lelaki yang suka dilayani. Gak betah di rumah karena istri gak bisa masak?? Itu sih alasan aja pengen gentayangan di luar! Kalau ada yang mengatakan memasak adalah ungkapan kasih sayang, bagi saya sih gak tepat. Mengungkapkan kasih sayang bisa dilakukan dengan banyak cara. Kan ada tuh ungkapan yang bilang “cinta itu datang dari perut”. Menurut saya sih lebih tepat KENTUT yang datang dari perut! 😛
Kalau pengen istrinya masak terus ya carilah istri yang hobby masak atau chef kalo bisa. Kalau gak mau punya istri yang gak bisa masak ya jangan menikah ama yang gak bisa masak. Simple, toh??
Wanita yang suka masak atau pinter masak itu bagus, tapi kalau ada wanita gak suka masak ya jangan dihujat! Hargailah bakat dan minat masing-masing orang. Saya sih percaya diri punya kemampuan lain yang (mungkin) gak dimiliki oleh wanita-wanita yang pintar memasak.
Salam lapar!
Desi Sachiko
Featured pic taken from huffingtonpost.com
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
8 Comments
Mba Desi, memang ga semua cewe suka masak. Tapi berusaha masak untuk pasangan dan keluarga akan lebih menyenangkan mereka daripada beli makanan diluar. 🙂
Kata suami saya sih kalo masak bikin saya stress ya tinggalkan aja hahahaa… Bagi dia kebahagiaan saya lebih penting, jadi saya lakukan aja apa yang menyenangkan buat diri saya 🙂
Setuju bgt mba. Cuman aku agak suka masak, cuman gak suka ngelakuin kerjaan cewe, macam nyuci, nyetrika, lipat baju. Emg cewe gak blh apa gak suka begituan? Aku udh bosen lho mba, dgn pandangan org yg blg kalau cewe itu hrs jd “babu” pret
setuju bgt,, aku prnah kesel bgt sama tmen cowok yg negur aku karna aku bilang gk suka masak. katanya cewe itu harus bisa masak.. preett,, emg aku koki
Sam mbak, aku bisa ngelakuin kerjaan rumah tangga yang lain tapi kalo masak udah nol putul lha. Bisa kayak kapal perang. Masak ya cuma untuk pertahanan hidup aja, masak yang gampang.
Hai mbak. Salam kenal. Saya juga gak bisa dan gak suka masak. Februari kemarin saya nikah. Dan alhamdulillah suami gak pernah cerewet minta dimasakin. Yaaa walaupun saya tau di hati kecil dia,dia pengen sekali2 dimasakin. Heheh. Tapi gimana dong,kalo saya nyoba masak,bawaannya kaya stres,kaya dikejar2 apaa gitu. Jadi daripada stres mending beli makan diluar aja sama suami
Hai mbaakk.. ternyata sama saya juga baru menikah, dan hampir tiap hari masak dan membuat saya stress (terkadang). Karna kegiatan masak itu sangat butuh energi dan mood yg bagus. Belum dari belanja, menyiapkan bahan mentah nya , memamasak nya, dan mencuci segala kuali dan piring. Itu sangat melelahkan , sy lebih suka jualan olshop berjam2 dibanding masak. Suami bilang, masak nya kelang2 aja. Yaa dan akhirnya saya masak , kapan saya pengen aja . Karna mgkn satu sisi, suami suka saya masak.ketimbang belik. Tp satu sisi, masak itu jg melelahkan
Wah kita sefrekuensi mba, sy jg kadang merasa insecure dan bertanya2 apakah ada yg aneh dgn sy SBG seorg wanita TDK suka memasak? Sy paling stres kalau mulai mendekati jam makan dan sy merasa spt ibu yg TDK berhasil memasak makanan bergizi bagi klga. Tp syukur PD Tuhan Krn suami sy sangat easy going, anak2 pun santai mrk tidak trll nuntut. Jadi d rmhku itu kami hny masak nasi, lauknya akan kami beli, itu trjadi tiap hari. Kecuali sarapan sy biasa menyiapkan makanan paling sederhana misalny nasi grg, telur dadar, dll yg gampang dan cpt sj. Sy hanya panas dingin klo klga suami brkunjung, otomatis sy hrs masak Krn ya tau sendirilah mulut mertua dan ipar. Sebenarny sy bisa masak, tp tiap kali mikir mau masak sy bs stress pokokny sy tdk mau masak sama sekali. Ga tau knp bs bgtu.. mari kita semangat😊😊