Pertanyaan “Kapan punya momongan??” adalah pertanyaan jadul nan klasik tapi tetap kekinian dan tak bisa hilang ditelan masa! 😀 Ini pertanyaan umum banget a.k.a klise, lagu lama, gak kreatif, karena selalu dipakai untuk sekedar basa-basi kepada pasangan yang baru menikah sampai yang sudah menikah bertahun-tahun!
Meski tidak termasuk dalam pertanyaan kategori science yang jawabannya harus bikin kita baca buku, muter-muter, nungging, atau salto dulu, tapi asli bikin ngerusak mood! Level pertanyaan ini hampir sama dengan pertanyaan teka-teki alay, susah buat ngejawabnya padahal pertanyaannya simple. Aura pertanyaan ini sama horror-nya dengan pertanyaan basi buat kaum jomblo; “Kapan nikah??” 😀
Motif atau tujuan pertanyaan ini gak lain untuk meninggikan derajat diri sendiri yang sudah merasa “sempurna” sebagai manusia plus kebiasaan buruk yang selalu pengen tahu urusan orang lain. Kalau yang bertanya orang dekat sih masih bisa dimaklumi. Kadang terganggu juga kalau ada orang yang jarang bertemu, jarang komunikasi, atau baru kenal, sudah iseng nanya soal momongan. Apalagi sampai memberi saran tanpa diminta!
Belum lama ini saya mudik ke Jakarta dan inilah yang terjadi saat bertemu beberapa orang:
Ibu A: Eh kapan dateng, neng? Udah isi??
(sambil mengelus perutnya – entah apa maksudnya, mungkin sebenarnya ibu itu yang pengen punya anak)
Saya: Belum bu…
Ibu A: Oh belom?? Yah yang sabar aja yaaa… (nada prihatin)
Saya: Saya jalan dulu ya bu… (dalam hati: gimana gue bisa hamil kalo gue KB??)
Saya mikir, apa muka saya muka stress ya?? Sampe ibu itu segitu prihatinnya??
Ibu B: Eh mudik sendirian? Udah hamil??
Saya: Belum, DITUNDA bu…
Ibu B: Semoga cepet dikasih deh ya…
Saya: (Seyum datar)
Bingung… Ini orang gak mengerti kata TUNDA kali ya??
Suatu hari ada orang yang mengajak ibu saya mengobrol, saya agak menjauh karena tidak mau nimbrung. Tiba-tiba saya mendengar:
Orang itu: Bawa ke xxxxxxx aja anaknya, bu! Dari situ cepet deh punya anak!”
Saya: (dalam hati) Whoaaahhh!!! *Rolling my eyes!*
Pernah juga ada orang yang bertanya pada saya sudah berapa lama saya menikah. Setelah saya jawab dia pun berkata dengan gaya bijak;
Orang itu: “Gak apa-apa, mbak. Saya dulu punya anak setelah sepuluh tahun menikah…”
Lalu dia bercerita tentang perjuangannya berobat sana-sini untuk mendapatkan anak.
Saya: (dalam hati) Iiihhh… Emang gue curhat ama lo soal anak?? *Gasping…*
Sejauh ini saya tidak pernah curhat dengan orang lain tentang anak. Saya juga tidak pernah minta saran bagaimana biar cepat punya anak. Lalu kenapa orang-orang langsung merasa prihatin dan menyimpulkan saya kesulitan untuk bisa hamil?? Hal macam inilah yang tidak saya suka. Kenapa orang selalu berasumsi bahwa ada masalah atau ada sesuatu yang tidak beres jika pasangan menikah belum punya anak?? Apakah mereka tidak pernah berpikir mungkin saja si pasangan memang sengaja menunda punya anak?
Tidak semua pasangan yang baru menikah mau punya anak buru-buru. Ada berbagai alasan mengapa ada pasanagan yang memilih menunda punya anak. Mungkin ada yang merasa belum siap, ada yang ingin mengenali pasangan lebih jauh, ada yang ingin punya rumah dulu, ada yang ingin mengejar karir dulu, ada yang ingin menabung dan menyiapkan dana pendidikan anak dulu, ada yang ingin traveling sampai puas dulu, dan lain sebagainya. Bahkan ada juga orang yang memang tidak ingin punya tidak suka anak-anak. Anda mungkin tidak bisa memahami alasannya, namun apa pun itu bukan urusan Anda.
Seandainya Anda memang tahu ada pasangan yang tidak bisa atau belum punya anak karena masalah kesehatan atau infertilitas (kesuburan), mohon jangan memberi saran jika tidak diminta. Itu tidak sopan! Bisa jadi niat baik Anda malah menyinggung perasaan mereka.
Kalau saat ini kami memilih menunda punya momongan, kami punya alasan untuk itu. Keputusan yang kami pilih tentu saja sudah dipikirkan sesuai dengan rencana dan pandangan hidup kami. Hal apa pun yang baik bagi Anda belum tentu tepat jika diterapkan pada kami. Anda tidak berhak mengatur hidup kami.
Tuntutan punya momongan membuat saya merasa hidup kita ini seperti didikte, harus melewati step-step yang sama dengan orang lain. Habis nikah bulan depan harus hamil, atau paling tidak dalam waktu setahun sudah ada mahluk mungil pakai bedong ada di gendongan. Sadarlah bahwa tiap orang memiliki takdir yang berbeda dan pilihan hidup yang berbeda pula. Orang meninggal pun umurnya beda-beda, kan??
Jangan menilai hidup seseorang itu tidak sempurna atau tidak bahagia hanya karena dia belum punya momongan atau belum menikah. Sumber kebahagiaan dan kebanggaan bagi tiap orang tidak selalu sama. Jika menurut Anda sumber kebahagiaan itu adalah pernikahan dan anak, belum tentu bagi orang lain. Kebahagiaan itu bisa didapat dari banyak hal. Jangan pula Anda bangga karena merasa lebih “normal” dari orang lain hanya karena Anda sudah lebih dulu menikah dan punya anak.
Salam kepo!
Desi Sachiko
Featured pic taken from pix-media.priceonomics-media.com
Baca Juga:
Hal yang Tak Patut Ditanya: Kapan Nikah??
Tidak Ada Orang yang Terlambat Menikah
*
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
Leave A Reply