Sebelumnya membaca lebih jauh, saya ingatkan bahwa Anda sedang membaca sebuah blog – yang mana isinya adalah opini pribadi. Tiap orang memiliki kesenangan dan kebutuhan yang berbeda. Kenapa saya bilang begitu? Karena saya mendapat komen tidak enak hanya karena perbedaan pandangan. Saya dianggap sok tahu dan membandingkan-bandingkan negara Indonesia dengan negara lain. Mungkin bagi sebagian orang hidup di Eropa itu menyenangkan, tapi belum tentu bagi sebagian orang lainnya. Bagi mereka yang bekerja dan ibu rumah tangga pasti berbeda rasanya. Saya pribadi merasakan menetap di Singapura jauh lebih nyaman daripada menetap di negara lainnya. Sah-sah saja kan masing-masing orang punya pilihan yang berbeda?
* * * * *
A: “Kok aneh sih lo?? Gue aja pengen banget tinggal di Eropa!”
B: “Gue suka banget ama menara Eiffel, suka bayangin tinggal di sana…”
C: “Gue dari dulu kepingin tinggal di luar negeri…”
D: “Kan enak, Des… Bisa main-main di salju”
E: “Enak tuh bisa makan keju terus…”
F: “Bla… Bla… Bla… …”
Banyak orang yang kaget ketika saya bilang saya tidak ingin menetap di negara suami saya. Ada yang bilang saya aneh, dan ada juga yang bilang saya tidak menyukuri apa yang saya dapatkan.
Bagi orang yang belum pernah merasakan tinggal di luar negeri (khususnya Eropa) memang kelihatannya tinggal di luar negeri itu enak. Apalagi yang sama sekali belum pernah ke luar negeri, pasti sampe kebawa mimpi pengen tinggal di sana.
Saya mengerti, karena mereka melihatnya dari kacamata turis. Jadi turis memang enak; cuma jalan-jalan doang, yang dilihat tempat-tempat bagus dan pemandangan indah. Suasana hati masih excited mengenal hal-hal baru, juga mencoba makanan-makanan baru. Pokoknya jadi turis itu menyenangkan! 🙂
Setelah euforia turis berlalu, barulah kita bisa merasakan hal-hal yang tidak enaknya. Kalau jadi penduduk di sana nanti lama-lama juga bosan melihat menara Eiffel. Buat apa berkali-kali berkunjung ke museum memandangi lukisan Monalisa yang gak pernah cemberut. Gak mungkin juga kan tiap minggu jalan-jalan ke mall beli tas Long Champ atau Channel.
Kalo saya pribadi jujur saja, untuk menetap di negara suami saya itu adalah last option. Tiap kami mudik ke Prancis, biasanya kami menghabiskan waktu sebulan di sana. Jadi saya bisa merasakan sedikit gambaran bagaimana rasanya kalau saya menetap di sana sebagai penduduk, bukan sebagai turis.
Ada beberapa hal yang membuat saya kurang nyaman untuk menetap di Eropa (khususnya Prancis), yaitu:
- Cuaca Sangat Dingin
Ini masalah banget buat saya. Saya ini manusia tropis banget. Saya benci ketika harus pakai pakaian tebal, saya benci ketika harus pakai pakaian berlapis-lapis. Saya benci ketika harus mandi saat winter. Memang sih di kamar mandi ada heater dan hot shower, tapi itu tidak berarti banyak buat saya. Saya tidak suka merasakan jari-jari tangan dan kaki saya kaku. Saya tidak suka merasakan kulit muka saya kencang seperti ditarik-tarik, sakit! Bahkan saat spring saja bagi saya masih terasa dingin, apalagi winter yang dinginnya sampai minus sekian derajat. Saya bisa gak ngapa-ngapain, paling cuma duduk dekat heater atau perapian.
- Kondisi Saya Tubuh Tidak Mendukung
Biasanya baru beberapa hari saya tinggal di Eropa, kepala saya langsung ketombean! 🙁 Lalu kulit badan saya jadi sangat kering sampai gatal-gatal dan kalau lagi tidur gak sadar garuk-garuk, jadinya banyak luka-luka. Belum lagi kulit muka dan bibir yang ikut mengelupas. Saya sudah ganti-ganti krim pelembab tapi tetap saja gak bisa mengatasi masalah kulit saya. Pokoknya selama di Eropa penampilan saya pasti… Mengenaskan! 🙁 Cuaca di negara empat musim sama sekali tidak cocok dengan kulit saya.
- Lama Waktu Siang dan Malam Tidak Sama
Matahari di Eropa itu tidak sama dengan matahari di Asia, yang selalu terbit dan tenggelam di waktu yang sama. Saya gak suka ketika makan malam matahari masih terang benderang. Rasanya aneh dan itu mempengaruhi tubuh saya juga. Saya jadi tidak lapar karena otak saya berpikir hari masih siang, jadi saat makan malam biasanya saya belum lapar.
- Tidak Banyak Restoran di Sekitar Rumah
Ini juga masalah buat saya. Berhubung saya gak terlalu suka masak dan kalau dipaksa masak setiap hari saya pasti stress! Jadi saya perlu ada restoran atau warung jual makanan yang murah meriah seperti di Indonesia atau Singapura. Di Eropa tidak ada warung atau penjual makanan lewat depan rumah. Restoran jarang, kalau pun ada lokasinya jauh dari rumah dan harganya bisa bikin nangis darah! 🙁
- Toko-Toko Tutup di Hari Libur
Nah lho! Jangan harap hari minggu bisa jalan-jalan santai ke mall seperti di Asia. Aturan di Prancis pada hari minggu dan hari libur lainnya toko-toko harus tutup. Jangan harap ya ada toko yang buka 24 jam. Toko-toko di sekitar rumah suami saya bukanya siang dan tutupnya juga cepat! Pokoknya kayak orang jualan gak butuh duit deh! 😀
- Transportasi Umum Sulit
Kalau Anda tinggal di luar negeri di kota besar, Anda beruntung. Anda bisa naik angkutan umum seperti bus, tram, atau metro (MRT/kereta). Tapi itu juga biasanya halte atau stasiun jauh dari rumah. Kalau tinggal di luar kota?? Anda harus bisa dan mau nyetir sendiri, bahkan Anda harus rela jalan kaki. Gak ada tuh yang namanya angkot atau ojek. Taksi pun mahal sekali. Kalau di Indonesia mobil cuma dimiliki oleh orang-orang berkecukupan, di Eropa semua orang punya mobil – karena satu-satunya transportasi ya mobil pribadi. Di sana juga jarang sekali ada motor, masih lebih banyak sepeda genjot.
- Pembantu Sangat Mahal
Jangan harap tinggal di Eropa Anda bisa ongkang-ongkang kaki pakai supir pribadi, baby sitter, tukang setrika, atau tukang masak. Gaji pekerja rumah tangga di sana tidak murah! Selain sangat mahal juga sulit mencarinya. Coba deh Anda lihat orang-orang bule di sana, tidak ada yang pakai pembantu. Kalau pun ada biasanya mereka pakai pembantu yang datang seminggu sekali dan bayarannya dihitung per jam. Makanya bule-bule di Indonesia banyak yang pakai pembantu, karena gajinya terjangkau. Jadi kalau mau tinggal di Eropa siap-siap jadi babu ya cinnnt… 😀
- Sulit Bersosialisasi
Jangan samakan gaya berteman orang Indonesia dengan negara lain. Jelas beda banget! Saya pernah menulis tentang Kesepian di Negeri Orang, tentang Singapura sih, cuma gak beda jauh kok sama Eropa. Di sana itu umumnya orang dapat teman karena dikenalkan oleh teman. Teman-teman mereka umumnya ya teman-teman sekolah atau teman kuliah, jarang deh punya teman baru. Kalau Anda negur duluan ke orang yang gak Anda kenal, bisa-bisa Anda dianggap orang aneh. Saya pernah baca katanya di Rusia kita jangan senyum sembarangan ke orang yang gak kita kenal, bahkan ke kasir atau penjaga toko kita gak perlu senyum. Katanya sih kalau kita senyum itu artinya tertarik dengan orang yang kita kasih senyum. Hmm, saya akan coba ke Rusia untuk membuktikannya. Jadi jangan harap di sana bisa sering ngopi-ngopi cantik sama teman-teman seperti di Indonesia. Kalau pun ada WNI yang tinggal di sana, biasanya susah buat diajak ketemuan. Kenapa? Ya mereka udah repot lah jadi “babu” hahahahaa… Apalagi kalau yang takut nyetir, harus nunggu suami pulang dulu minta dianterin! 😀
- Susah Minta Tolong
Kalau di Indonesia kita gampang minta tolong ke siapa saja, tetangga, saudara, atau orang tua sendiri. Di sana mana bisa! Gak ada tetangga yang bisa dititipi bocah atau minta tolong ditemani saat sakit. Jangankan tetangga, saudara sendiri pun belum tentu mau. Jarak rumah antara tetangga pun biasanya jauh, beberapa meter baru ada rumah tetangga. Jadi gak tiap hari bisa ketemu tetangga. Kalau di kota besar umumnya rumah-rumah berdempetan atau model apartment, tapi tinggal berdekatan bukan berarti menjamin kedekatan emosional antar tetangga.
- Jarang Ada Toilet Umum
Beneran lho, susah cari toilet umum di Eropa! Kalau pun ada jangan harap bisa masuk tanpa muntah-muntah. Biasanya toilet yang agak bersih itu toilet yang berbayar, tarifnya sekitar 0.50-0.70 euro/orang. Pernah saya masuk mall cari toilet, eh udah muter-muter sampe capek gak ketemu toilet-nya hahahaa… Mungkin saya kebiasaan di Singapore juga kali, di Singapore mudah cari toilet dan gratis pula. Saya itu kalau kena udara dingin pasti sering buang air kecil. Jadi kalo lagi di Eropa ya saya siap-siap aja “anyang-anyangan”.
- Tidak Ada Bidet di Toilet
Toilet di Eropa tidak ada yang pakai bidet (selang semprotan air untuk cebok). Kalau ini kayaknya masalah umum buat orang Indonesia ya? 😀 Memang yah orang Indonesia itu kalo ke toilet perlu air untuk cebok. Bagi saya kotoran itu gak bersih cuma diseka pakai tissue aja. Kalo pakai tissue terus lama-lama kulit sakit. Ternyata papa mertua saya mengerti sama hal ini. Dia memasang bidet di toilet rumah mereka tanpa saya minta. Mungkin karena mereka sering traveling ke Indonesia dan melihat toilet di hotel-hotel. Yah kalau di rumah sendiri sih masih enak, tapi kalau kita menginap di tempat lain gak mungkin minta tambah semprotan air di toilet mereka, kan? 😀
- Kurang Cocok Makanan Lokal
Umumnya orang Prancis picky sama makanan. Mereka cenderung memilih makanan sehat dan organik. Mereka takut dengan minyak goreng dan makanan instant. Seharian mereka bisa cuma makan salad sama keju doang demi kata sehat! 😀 Sehat sih oke aja ya, tapi sesekali kan kita pengen juga makan sesuatu yang digoreng. Oh ya, banyak orang Indonesia yang bilang suka banget makanan yang berkeju. Jenis keju di sana gak terhitung deh, banyak banget. Rasanya?? Kalo saya pribadi gak doyan. Buat hidung saya keju sana itu kok bauuuu banget! Mungkin saya salah satu orang yang norak gak doyan keju Eropa. Abis gimana, nyium baunya aja saya gak tahan, apalagi makannya? Rasa keju di sana terlalu keras untuk lidah saya. Orang Prancis biasa makan keju utuh seperti makan kue dan mereka melakukannya setiap habis makan menu utama tapi sebelum dessert. Kalau di Indonesia keju biasa dimasak atau dicampurkan ke makanan lain, dan kejunya sebenarnya bukan asli keju. Bagi orang Eropa, keju-keju yang kita pakai buat makanan di Indonesia itu gak enak. Mereka bilang keju di Indonesia (misalnya: Kr*ft) itu ampasnya keju mereka wkwkwkwk…
- Susah Cari Makanan Indonesia
Ini alasan norak banget sih! 😛 Tapi kalau lagi kangen sama makanan Indonesia bisa bikin bete juga. Jangan harap bisa nemu abang-abang jualan lewat depan rumah, nyari restoran Indonesia pun gak muncul di google maps! 😀 Mau masak sendiri? Bahan-bahan dan bumbu-bumbu untuk memasak makanan Indonesia pun sulit dicari. Terkadang ada beberapa bahan dan bumbu di toko Asia tapi itu juga gak selalu ada di tiap kota. Kadang kita bisa menemukan restoran Asia, tapi yang dijual biasanya makanan Chinese. Kalau di Belanda agak mudah cari restoran Indonesia, tapi rasanya ya gak terlalu Indonesia juga sih.
- No English
Mungkin orang Eropa, khususnya Prancis, sangat cinta dengan bahasanya. Mereka jarang yang bisa bahasa Inggris. Kalo yang kerja kantoran sih biasanya bisa bahasa Inggris. Mungkin mereka bukan tidak bisa, tapi tidak mau atau tidak terbiasa memakai bahasa Inggris. Semua bungkus makanan impor di sana diganti kemasannya dengan bahasa lokal. Bahkan para petugas pelayanan umum seperti di bandara, stasiun, terminal dan juga para penjaga toko banyak yang tidak berbahasa Inggris. Sign-sign di bandara dan stasiun kereta jarang yang berbahasa Inggris. Kalo saya lagi di Prancis gak mau jauh-jauh dari suami, kalau saya hilang bingung nanya orang, gak ngerti mereka ngomong apa hahahaha… Makanya salah satu syarat untuk menetap di Eropa adalah harus lulus tes bahasa nasional mereka.
- Jauh dari Keluarga
Meski kita tidak terlalu dekat dengan keluarga, percayalah ada saat-saat kita merindukan keluarga. Kan bisa video call? Ya beda aja rasanya. Saat ini saya menetap di Singapura, tiap jam ada penerbangan ke Jakarta dan harganya tidak mahal. Setiap saat beli tiket langsung terbang ke Jakarta. Kalau di Eropa? Gak mungkin lah bisa mudik sering-sering. Selain kelelahan karena jarak tempuh yang jauh, kita harus memikirkan uang dan waktu juga. Gak mungkin kan ke Indonesia cuma pas weekend lalu balik lagi ke Eropa? 😀
Oke, segitu dulu curhat saya. Jika Ada yang mau menambahkan silakan tulis di kolom komen, nanti saya update. Saya ingatkan kembali bahwa tidak semua orang punya pikiran seperti saya. Ini adalah penilaian pribadi dan masing-masing orang punya ketertarikan yang berbeda. Banyak kok orang Indonesia yang suka tinggal di Eropa. Mungkin mereka justru bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik di sana, seperti punya pekerjaan yang bagus, pendidikan yang baik, fasilitas kesehatan yang terjamin, dan banyak faktor lainnya. Tulisan ini tidak bisa dijadikan acuan bagi yang ingin menetap di Eropa. Terima kasih.
Salam Indonesia!
Desi Sachiko
Baca juga:
Alasan Bule Memilih Tinggal di Indonesia
Kesepian di Negeri Orang
Pertama Kali ke Singapura? Baca Ini Dulu!
* * *
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
23 Comments
Artikel oleh-oleh dari Prancisnya lucu mbak Desi 🙂
Walaupun belum pernah kesana, apa yg mbak tulis sama dgn cerita mon cheri… hehehe… 😉
Aku doain deh biar cepet nyampe ke Prancis 🙂
Salam mba Desi, wah terimpirasi Sekali dengan tulisan2 mba Desi, Tau gak Saya mengikuti semua apa yg disarankan mbak, dari pertama mau Nikah dengan bule, sampai mengurus legalisir surat Nikah, wah mantab Sekali Dan syukur alhamdulillah udah BERES semua…, nah sekarang yg membingung kan nih, suami meminta Saya untuk tinggal di UK negaranya, maklum beliau sudah Tua mba, minta dirawat hehehe (nurse dong gw) , wah melihat pengalaman mba Desi tinggal disana, bikin merinding, mungkin Akan Saya alami Nanti nih, sebenarnya sy sih love Indonesia dengan Segala problem nya, tapi mau gak mau harus ikutin perintah suami hehe 🙂 , ngomong2, bisa share gak mba gimana Caranya apply visa tinggal, tapi Bukan untuk Kerja atau bukan untuk study syariahnya gmana, oh ya Dan apa perlu ikut test seperti ielts gitu, Dan test nya namanya apa Alamat nya dimana, maaf banyak nanya ya mba, maaf krn sangat primitive nih orangnya 😀
Semuanya persis seperti yang saya alami mba, cuma mba lebih beruntung ga mesti tinggal di Perancis, hehehe. salam kenal mba.
Hallo mba Desi, seneng bgt bisa nemu Blog mba, Salam kenal mba, ngeliat tulisan mba yg ini bikin ketawa sendiri dan ngerasain bgt apa yg mba rasakan jg, karena dari awal tulisan sampai akhir benar apa yg terjadi dan dirasakan, tapi seiring waktu berjalan lama2 juga akan terbiasa mba..
Semangat mba 🙂
Halo Mbak Desi. Bener banget apa yang dirasakan. Aku tinggal di Barcelona, dulunya kuliah sekarang kerja sambil tinggal brg suamiku orang Barcelona. Hidup paling enak sebenernya hidup di Indonesia dengan gaji Eropa, hahahah 😀
Halo mba wulan . Di barcelona dimana ya ? Saya juga di barcelona .baru menikah sama org spain .
betul sekali. enak tinggal di indonesia. pernah di korea selatan jadi kuli. gak tahan ama musim dinginnya. dan juga pas dingin dinginya pasti ….jarang mandi… T_T
Hehehe
Aku hbs balik dari prancis
Kurang lebih bener
Kalau fromage atau keju aku suka semua jadi tidak masalah
Makan bagi saya juga tidak masalah
Cuka kering kulit sampai balik indonesia masih tetap ke bawa keringnya
Rencana februari ke prancis lagi sudah mulai siap siap perlengkapan tempur baju hangat
Satu point positif tinggal di Perancis ….jadi tambah pinter….aku jg termasuk org Indonesia yg gak terlalu suka tinggal di negara suami…byk kesamaan dgn yg ditulis mba Desi. Skrg anak2 udah pd gede dan mandiri, bisa pulang utk tinggal di indonesia, beruntung suami cinta Indonesia….sekarang balik perancis hanya untuk nengok anak2 dan keluarga suami….Cinta Indonesia habis
Dulu sih saya sempat ngerasa begitu sih… kesepian nggak ada yang bantu, tapi sukur nggak begitu lagi caranya supaya dapat kenalan teman-teman lokal:
1. ikut les bahasa dulu supaya lancar bahasanya, kalau suami orang setempat suruh dia ngobrolnya bahasa setempat ( berat sih aalnya ) biar lancar.
2. ikut komunitas yang ada dari aktivitas volentir, seperti penampungan kucing, penampungan anjing, volentir bantuan untuk ortang tua dan lain sebagainya.
3. ikut les, biasanya ada les yang murah meriah atau gratis ( bisa cari di google) nah di situ bisa ketemu orang lokal)
4. cari kerja.. nah ini mau nggak mau ketemu orang lokal.
5. ikut komunitas seperti blogger , komunitas tari ecc.
bisa di coba, semoga2 nggak kesepian lagi.
Yaelah, alesan begitu sih alasan pribadi semua, subjektif…gak banget
Ini memang opini pribadi, mas. Ini kan blog, jadi wajar isi tulisan berdasarkan opini yang punya blog.
Di paragraf terakhir kan saya tulis “Perlu dicatat bahwa tidak semua orang punya pikiran seperti saya. Ini penilaian pribadi dan masing-masing orang punya penilaian serta kebutuhan yang berbeda. Gak sedikit kok orang Indonesia yang lebih suka tinggal di Eropa.” Semoga paham 🙂
kok aku jadi takut ya mba klo sampe beneran tinggal disana .
btw bagi syaratnya mba ngurus visa dll nya. trus ngurus surat2 nikahnya harus ke dubes prancis ya mba dan syaratnya apa aja kira2 brp lama ya mba?
Haloo ..mba Desi ,sallam kenal ..ceritanya menghibur bgt kalo aq sih ..malah pengen banget tinggal di eropa ..mau eropa manapun ,yang penting eropa ,kalo bisa dapet jodoh org barat ,tiap hari ketemu rambut pirang …,suasana baru ,kerjaan yang menjamin masa depan ! ..,bisa berteman. Dengan ..org pirang kaya nya sangat menyenangkan …kenalin Dong.,hehe..mna tau ,ada yang terpincut .hedeh. …..
Sachiko ; Anak keberuntungan?
mb sachiko,
apa yg mb rasakan sama dg yg saya rasakan.
sekitar 4 bulan tnggal di UK, saya super kangen kampung halaman, dan iya lar negeri (eropa) tk seindah yg dibayangkan.. hehehe
bukan hanya dingin, sistem online dan appointment ditambah cuaca yg gampang berubah membuay scheduling mrnjadi ribet dan susah.
keren banget ceritanya
apapun alasannya (saya sudah baca diatas) saya tetap sangat sangat SANGAAAAT BERSYUKUR KALAU SEANDAINYA BISA TINGGAL MENETAP DI NEGARA MAJU. Karena saya orangnya low profile, introvert, suka dingin, suka menyendiri, tidak suka pamer pamer foto selfi di LN (jarang update sosmed/blog), tidak suka keramaian, tidak suka chit chat (ngrumpi) dengan orang, baik orang asing maupun dengan WNI yg di LN, tidak suka nongkrong nongkrong utk jajan makan malam.
Tentunya saya akan kecewa kalau keadaan NEGARA MAJU = NEGARA INDONESIA (ketidak teraturan, macet, sampah, jorok, keamanan kurang, pelayanan publik lambat, fasilitas publik kotor dan mengecewakan). semoga tidak.
salam kenal mba desi,
Wah tulisan nya mewakili saya banget. saya baru 3 bulan pindah ke belanda setelah sebelumnya tinggal di beunei darussalam selama 10 tahun.
Kondisi saat ini hamil lagi, yang menambah ke tidak betahan tinggal di sini. faktor paling utama yang membuat saya tidak betah adalah faktor cuaca. winter beneran menusuk tulang, eh spring juga masih saja dingin dan angin nya kencang. Baca tulisan mba desi ini serasa menemukan kawan senasib.
Salam kenal mba.. dari awal sampai akhir membaca saya ketawaaa terus. Kerna pengalaman kita sama (saya tinggal di Perancis bersama suami saya). Saya sampai harus mengartikan tulisan mba pada suami yang belum bisa berbicara bahasa Indonesia (dan beliau pun tersenyum). Dan yang parahnya, saya ga suka daging, keju, roti, pizza yg notabene adalah makanan sehari-hari suami saya. Saya punya selera makan Indonesiaaaa banget dengan tempe tahu pete sambal terasi daun singkong hahaha… Demi kebahagiaan bersama kami sering makan malam berbeda menu ( yang satu menu Perancis yang satu menu Indonesia hahaha).
bener kata mbk nya…aku warga indo , pindah kewarganegaraaan ke belanda .. awal nya sih seneng suasana enak tenang dan udara pun sejuk … tpi dari hari ke hari aku ngerasain hal ngk enak terus , karna warga atau tetangga disitu sangat amat cuek hahahaha satu saam lain ngk ada yg teguran, aku pernah sih sesekali di ajak main kerumah tetangga, ehh pas mau magrib dia bilang, dek kita ingin melakukan makan malam , bagi aku itu adalah kata ajakan untuk mengajakku makan bareng, ehh tau nya aku disuruh pulang, jadi gini guys jika kalian kebelanda terus klo mau magrib tetangga kalian bilang kyk gitu,jangan kegeeran dlu deh hahahaah di situ emang kyk gitu makanan pas pasan
Hi desi..saya ngerasain hal yg sama..baru menetap 7 blan di eropa..khususnya belgia..tp setiap hari saya pengen pulang keindonesia.. ngga betah..gimana persyaratannya untuk tinggal disingapore..jujur saya juga berpikir untuk tinggal disingapore dengan suami..jdi ngga terlalu jauh dari indonesia..thank u..