Minimal sekali dalam hidup, kita pasti pernah merasakan ditolong orang lain. Kita harus menghargai sekecil apa pun bantuan yang kita terima. Beruntunglah jika masih ada orang yang mau menolong kita, karena pertolongan kadang sulit didapatkan.
Meskipun menolong orang lain adalah perbuatan baik, namun dalam menolong orang lain juga harus memperhatikan etika dan perasaan orang lain. Bisa saja pertolongan yang kita lakukan kepada orang lain malah mengakibatkan rasa tidak nyaman pada orang yang ditolong.
Saya ada cerita tentang perbuatan menolong orang lain yang akhirnya malah menyakiti hati orang yang ditolong. Sebutlah teman saya bernama A. Suatu ketika dia sangat membutuhkan uang untuk pengobatan ayahnya di rumah sakit. Sebenarnya A adalah orang yang mandiri dan memiliki pekerjaan. A sangat tidak mau menyusahkan orang lain. Namun pada saat itu dia benar-benar kekurangan uang untuk membayar biaya rumah sakit ayahnya.
A terpaksa bercerita kepada temannya B dan mencoba meminjam uang. B berkata kepada A bahwa dia akan memberikan pinjaman beberapa hari lagi. Beberapa hari kemudian B mentransfer uang ke rekening A seperti yang dijanjikan sebelumnya. Namun keesokan harinya A sangat kaget karena B bercerita bahwa uang yang ditransfer tersebut adalah uang hasil dari sumbangan teman-teman sekolah mereka dulu. Rupanya B mengumumkan di grup alumni sekolah, bahwa A sedang membutuhkan bantuan keuangan, sehingga banyak teman yang mentransfer uang kepada B untuk membantu A.
Meskipun A tidak berkenan dengan cara yang B lakukan, namun A berusaha menyembunyikan perasaannya. Beberapa hari kemudian A mentransfer balik seluruh uang tersebut kepada B untuk dikembalikan kepada teman-temannya dan mengucapkan terima kasih. Kejadian sebenarnya adalah A sama sekali tidak menggunakan uang tersebut. Dia hanya tidak mau mengecewakan B yang telah berusaha menolongnya. A memilih menggadaikan laptop yang digunakannya untuk bekerja untuk menutupi biaya rumah sakit.
A curhat kepada saya, bahwa dia kecewa sekali B telah meminta bantuan kepada teman-teman yang lain tanpa persetujuannya. Alasan A meminta bantuan kepada B karena B adalah orang yang dipercayainya. Jika B tidak bisa menolong, maka A akan mencari jalan lain untuk mendapatkan uang yang dibutuhkannya. A merasa seperti dijadikan bintang/tokoh di acara semacam “Mikrofon Pelunas Utang”.
A sangat tidak suka kesulitan yang sedang dialaminya disebar-sebar ke banyak orang, apalagi kepada teman-teman yang tidak terlalu akrab. Selain ada rasa malu, A juga tidak mau merasa berhutang budi pada banyak orang. Menurut A, hal tersebut akan memberikan dampak kurang baik baginya di masa depan nanti. Pasti akan ada gossip atau pergunjingan di belakang bahwa A pernah dibantu. Jika suatu hari A sukses, maka akan tetap dipandang sebelah mata. Misalnya, “Ah dulu dia bukan apa-apa, bayar rumah sakit bapaknya aja dibantu teman-teman!” Maklumlah, tidak semua orang bisa menolong tanpa mengungkit.
Dari cerita A, saya sangat mengerti apa yang dia rasakan. Saya juga tahu B hanya ingin menolong, dan mungkin saat itu B sedang tidak memiliki uang, sehingga dia terpikir untuk menggalang dana dari teman-teman yang lain. Mungkin ada orang yang berpikir, “Ah, masih untung ditolong!” Memang benar, beruntung masih ada yang mau menolong, namun tidak semua orang mau menerima pertolongan dari orang yang tidak dikenal dekat.
Jika kita memang berniat menolong orang lain, pikirkanlah cara yang tepat dalam menolong dengan berkomunikasi lebih dahulu, agar tidak menyinggung perasaan atau menyakiti orang yang akan kita tolong. Satu hal penting lainnya adalah jangan pernah mengungkit pertolongan kita atau menyebarkan berita bahwa kita pernah menolong orang. Tangan kanan memberi, tangan kiri jangan tahu.
Tiap orang memiliki cara pikir dan prinsip yang berbeda. Perasaan dan harga diri tiap orang tidak sama kadarnya. Sesuatu yang niatnya baik belum tentu akan berakhir baik.
Salam respect,
Desi Sachiko
Featured pic was edited from drtarimack.com
*
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
Leave A Reply