Bagi yang mengikuti blog saya, pasti tahu saya mulai nge-vlog. Kepopuleran blog mulai ditinggalkan sehingga saya mempertimbangkan untuk mencoba vlog. Hal ini sudah saya bahas sebelumnya di tulisan saya yang ini “Ketika Vlog Mulai Menyingkirkan Blog, Haruskah Blogger Hijrah Jadi Vlogger??“
Situasinya saat ini saya sedang kurang semangat membuat video. Bisa dibilang saya lagi bete. Bete sama siapa? Saya juga bingung. Bete sama YouTube? Sama penonton? Atau sama nasib??
Yang pasti kebetean saya bermula dari kekecewaan saya melihat pertumbuhan channel YouTube saya. Channel saya tidak tumbuh sebaik blog saya ini (desisachiko.com). Menjadi Youtuber pemula benar-benar penuh perjuangan tapi hasilnya jauh sekali dari banyangan. Saya termasuk pemula karena baru tahun kemarin saya serius membuat video yang sengaja dibuat untuk YouTube (meski saya sudah join Youtube sejak 2006 tapi video saya sebelumnya cuma video asal-asalan).
Iya, saya tahu kalau mau memenangkan pesaingan dunia YouTube harus punya konten yang bagus, penyampaian yang bagus, kualitas gambar yang bagus, dan lain-lain. Tapi jika kita sudah masuk ke medan laga YouTube, kenyataannya bisa jauh berbeda. Video berkualitas tidak menjamin banyak yang menonton.
Persaingan di dunia YouTube makin hari makin ketat. Para Youtuber biasa seperti saya ini sekarang banyak mendapat pesaing dari kalangan selebriti. Mereka ikut-ikutan membuat channel juga. Sudah pasti mereka gampang saja mendapatkan banyak subscribe. Apalagi mereka dibantu oleh team, mulai dari camera man, editor, translator, sampai konten pun dipikirkan oleh team, gak perlu pusing mikir sendiri. Tampil di depan kamera selalu cantik dan tampan karena ada MUA. Mereka juga punya team promosi dan optimisasi sendiri.
Menjadi Youtuber pemula rasanya seperti memanjat tebing dengan peralatan seadanya. Perlu usaha yang sangat besar dan keberuntungan juga. Jika tidak beruntung, seberapa pun kuat usaha kita pasti jatuh. Sedangkan para Youtuber selebriti naik ke tebing dengan nyaman menggunakan helikopter.
Satu lagi yang membuat saya bete adalah privilege atau orang-orang yang mendapatkan keberuntungan spesial. Meski kamu bukan siapa-siapa, tapi kalau kamu adalah pacar/istri/suami dari Youtuber terkenal, kamu akan gampang sekali terkenal. Saya lihat beberapa pacar dari Youtuber terkenal akhirnya ikutan membuat channel, lalu dalam waktu sekejap channel-nya sudah di-subscribe puluhan ribu orang, padahal isinya baru 2 video dan kontennya biasa aja. Kesel nggak sih?? Ada juga adik atau kakak dari Youtuber terkenal, channel-nya juga banjir subscribe. Enak ya, gak perlu usaha susah-susah, bisa ikut sukses karena modal privilege.
Lebih sedihnya lagi, sekarang penonton maunya menonton yang bagus tanpa mikir semua butuh biaya dan usaha yang besar. Saya pernah baca komen begini, “Gambarnya jelek, pasti ngerekamnya masih pake hp”. Ngenes hati ini, baru mulai buat video, masa harus beli kamera puluhan juta? Ada juga yang komen, “Dandan dikit kek biar mukanya cakepan dikit!” Rasanya saya pengen lari ke pojokan kamar jedotin jidat!
Hal lain yang membuat saya kesal adalah selera penonton yang tidak bisa ditebak. Sering saya lihat ada beberapa Youtuber yang membuat video bagus, yang menurut saya isinya kreatif dan mendidik, tapi yang nonton sedikit sekali. Eh ada video ibu-ibu pulang kondangan makan bakso (isi videonya cuma makan bakso doang) yang nonton lebih dari 1 juta orang. #RIPcreativity
Ini juga terjadi pada saya, kadang saya sudah membuat video yang bagus menurut saya, baik dari isi konten maupun editing-nya, eh yang nonton bisa dihitung pakai jari. Tapi video yang saya buat asal-asalan dengan konten tidak penting, yang nonton malah puluhan ribu orang dan terus bertambah tiap hari. Contohnya video potong rambut di bawah ini. Video ini tadinya hanya untuk dikirim keluarga bukan untuk YouTube. Saya iseng upload di YouTube eh malah banyak view.
Jadi Youtuber zaman sekarang nggak cukup pakai kerja keras doang. Keberuntungan juga ikut menentukan. Apalagi jika memilih menjadi YouTuber yang idealis, makin susah aja dapat view. Makanya sekarang kebanyakan konten-konten di YouTube hampir sama, karena para Youtuber akhirnya membuat konten apa yang penonton inginkan saja supaya ada yang menonton.
Suami saya pernah nanya, “kamu suka nggak bikin video?” saya jawab “ya suka”. Lalu dia bilang, “ya udah bikin video aja nggak usah pikirin view. Bikin video karena kamu emang suka”. Iya sih, tapi kan kita bikin video supaya orang lihat. Supaya pesan atau informasi yang kita bagikan tersampaikan ke banyak orang. Karena saya ingin video-video saya juga bisa dijadikan sumber informasi yang berguna.
Bagi kalian yang suka menonton YouTube, tolong bantu Youtuber-Youtuber pemula dengan men-subscribe channel mereka, supaya mereka bisa lebih semangat berkarya. Usaha Youtuber pemula jauh lebih berat dari Youtuber selebriti karena semua dikerjakan sendiri.
Mampir ke channel saya, ya, dan jangan lupa subscribe 🙂
Salam,
Desi Sachiko
Baca Juga:
Ketika Vlog Mulai Menyingkirkan Blog, Haruskah Blogger Hijrah Jadi Vlogger??
Bukan Cuma di Instagram, dari Dulu Sudah Ada Endorse di Blog
Inilah Mengapa Saya Kurang Suka Instagram
Pamer Kemesraan di Medsos, Beneran Bahagia atau Sebaliknya?
Leave A Reply