Setiap orang Indonesia, pria maupun wanita, pasti pernah mendapatkan pertanyaan “Kapan nikah??”. Pertanyaan itu datang mulai dari teman-teman, para tetangga, saudara-saudara, orang tua, hingga orang yang baru dikenal. Tempat bertanya bisa di mana saja, di rumah, di kantor, di pesta, bahkan di media sosial. Ada yang bertanya dengan maksud serius atau hanya sekedar basa-basi tak penting.
Selama saya bergaul dengan orang-orang dari berbagai bangsa, orang Indonesia yang paling banyak menanyakan soal pernikahan. Salah satu teman bule saya pernah bertanya, “Kenapa orang Indonesia selalu tanya saya sudah nikah belum? Memangnya penting untuk tahu itu ya?” Aduh! Saya jadi gak enak. Sepertinya pertanyaan “Kapan nikah?” adalah pertanyaan wajib yang harus ditanyakan pada tiap orang.
Topik menikah selalu keluar dari mulut orang-orang yang tidak kreatif. Ya jelas saja tidak kreatif, karena sedemikian banyak topik pembicaraan di dunia ini tetapi hanya topik menikah yang ada di kepala mereka. Padahal itu adalah kebiasaan buruk orang Indonesia yang senang mengurusi hidup orang lain.
Saya melihat seolah-olah pernikahan adalah sebuah bukti kesuksesan atau prestasi yang tentu saja membanggakan diri Anda dan keluarga. Sebagian besar masyarakat akan mengasihani wanita yang belum menikah. Sebagian lainnya akan menganggapnya sebagai “barang tak laku”. Jika Anda terlambat menikah dianggap tidak “normal” atau ada yang salah dengan diri Anda, hingga tidak ada seorang pun yang mau menikahi Anda.
Seberapa pun tinggi jabatan atau karir Anda, masyarakat akan tetap memandang Anda memiliki kekurangan jika tidak menikah. Mulut mereka terasa gatal jika tidak mengomentari orang yang belum menikah saat umurnya dirasa sudah pantas untuk menikah. Lalu, para orang tua menjadi resah dan stress bila anaknya belum juga menikah, merasa gagal sebagai orang tua atau malu anaknya tak laku.
Mungkin mereka lupa bahwa tiap orang memiliki waktunya masing-masing dan memiliki takdir yang berbeda. Seperti umur, Anda tak kan pernah tahu kapan Anda meninggal, begitu pula dengan pernikahan. Selain itu, cara atau gaya hidup tiap orang berbeda. Ada orang yang tidak siap menikah di usia muda. Ada juga yang memang tidak mau menikah (tentunya mereka punya alasan untuk itu). Ada orang yang ingin mengejar impiannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikah. Ada orang yang sangat berhati-hati pada pilihannya. Ada juga yang memiliki standar tertentu untuk menentukan pasangan hidupnya. Pernikahan bukan mainan, jadi memang harus memilih yang terbaik sebagai teman hidup untuk selamanya.
Menikah seharusnya adalah sesuatu yang dilakukan atas dasar keinginan pribadi, bukan karena didorong-dorong, dan bukan karena semua orang mempertanyakannya. Dulu, saya tidak tertarik untuk menikah, namun saya tidak pernah mengungkapkannya pada siapa pun. Saya yakin orang Indonesia akan kaget jika saya mengatakan ini. Saya tidak tahu mengapa, mungkin dulu saya masih senang menikmati kebebasan, tidak mau terkekang, tidak mau repot, dan saya merasa sudah bahagia dengan diri saya sendiri. Mungkin juga dulu saya belum menemukan orang yang benar-benar membuat saya jatuh cinta…
Sekarang, saya telah melewati masa itu dan berubah pikiran. Bukan karena tiap orang sudah menanyakan saya “Kapan nikah?” tapi karena saya telah menemukan orang yang membuat saya benar-benar ingin menghabiskan sisa hidup saya terikat dengannya. Cerita saya itu adalah salah satu contoh dari “tiap orang memiliki waktunya masing-masing”. Tentu saja tiap orang memiliki cerita berbeda.
Saya tidak akan bertanya pada orang atau teman kapan mereka akan menikah. Ini bukan berarti saya tidak peduli atau tidak perhatian pada mereka. Namun bagi saya, menikah adalah hal pribadi yang sepatutnya tidak perlu dipertanyakan. Anda tak perlu tahu kapan seseorang akan menikah, itu bukan urusan Anda. Jika teman atau saudara Anda akan menikah, Anda nanti juga akan tahu. Tentunya mereka tak akan menyimpan atau merahasiakan berita bahagia.
Saya lebih suka bertanya “Apa rencana Anda ke depan?”. Jika yang ditanya menjawab “menikah” barulah saya akan melanjutkan obrolan seputar pernikahan, karena itu artinya orang tersebut merasa nyaman untuk membicarakan soal pernikahan dengan saya. Jika orang tersebut tidak memulai obrolan soal pernikahan, maka jangan tanyakan hal tersebut padanya. Masih banyak hal yang bisa dibicarakan selain soal menikah! Intinya, jangan kepo atau merasa “lebih laku” dari orang lain!
Salam,
Desi Sachiko
Featured pic taken from quizony.com
Baca juga:
Kapan Punya Momongan??
Tidak Ada Orang yang Terlambat Menikah
*
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
3 Comments
bener mbak desi,Menikah seharusnya adalah sesuatu yang dilakukan atas dasar keinginan pribadi, bukan karena didorong-dorong, dan bukan karena semua orang mempertanyakannya. Umur saya 36thn saya sering ditanyai setiap ketemu atau kenalan pertanyaan itu sampai mendetail, belum nikah, saya jawab belum, ditanya lagi kenapa belum nikah, haiyaaa pertanyaan terbodoh yang pernah saya dengar. Makasih mbak desi baca tulisan mbak nambah semangat ga down karena memang saya belum menemukan jodoh dan menikah bukan permainan, harus benar siap dan matang
mbak dessy saya suka banget baca artikel-artikel mbak. menjelang ulang tahun saya selalu stres bukan karena ortu tapi karena omongan orang orang kepochi yang tanya kapan nikah? kenapa mau sama bule ? bule yang mau sama cewe indo bule kere dll. semuanya usil dan sok tau. semoga pada cepat sadar tuh orang orang.artikel mbak semua very helpful 🙂
aku suka sekai dengan artikelnya… umur aku udh 32 thn dan belum menikah tp aku yakin klo udah saatnya pasti akan datang toh semua rahasia tuhan tp kadang aku stres dengan omongan temen2 yg udh pd nikah pasti ada aja pertanyaan “kapan nikah” dan paling aku benci ketika teman aku yg sudah bercerai dgn suaminya dan tiba2 dia udh punya pacar lg keluar lah nyinyirannya “gw aja udh mau laku lagi masa lo blm laku juga” duh gusti rasanya pengen jorokin orang itu ke jurang tp akhirnya aku menjawab “lebih baik terlambat asal selamat drpd nikah terburu2 akhirnya pisah”