Janjian dengan orang Indonesia itu gak gampang, lhoh! Tiap kali saya membuat janji bertemu seseorang, itu artinya saya harus menyiapkan kesabaran ekstra untuk menunggu dan merelakan waktu saya banyak terbuang percuma.
Saya lihat sebagian besar orang Indonesia memang kurang menghargai waktu, baik waktu orang lain maupun waktunya sendiri. Hal ini bisa terlihat dari sikap yang tidak disiplin dan selalu datang terlambat.
Mari kita lihat beberapa kebiasaan “ajaib” yang dilakukan oleh (kebanyakan) orang Indonesia ketika membuat janji:
1. Jam Karet
G: “Say, gue udah sampe nih… Lo di mana??”
T: “Aduh, bentar ya, gue baru mau jalan nih…”
*Jleb! Pingsan nunggu!*
Jam karet adalah istilah Indonesia yang digunakan untuk menyebut ketidaktepatan waktu (keterlambatan atau penundaan) dari waktu yang telah ditetapkan. Waktu yang diundur-undur menjadi panjang/lama dianalogikan seperti karet, karena bahannya elastis dapat merenggang (melar).
Jika kita janji bertemu seseorang jam 10.00 pagi, kemungkinan orang tersebut baru datang jam 10.30 atau jam 11.00 bahkan jam 12.00 atau suka-suka dia! Alasan yang dipakai bermacam-macam agar tidak disalahkan atas keterlambatannya. Alasan yang banyak dipakai untuk membela diri biasanya adalah kemacetan. TAPI sejak kapan Indonesia (khususnya Jakarta) tidak macet??? Jika Anda tidak mau terkena macet, berangkatlah lebih awal. Ketepatan waktu orang Indonesia benar-benar tidak dapat diprediksi.
Saya pernah punya pengalaman ketika akan menumpang mobil orang di Perancis. Orang tersebut janji akan tiba di parkiran pintu tol jam 5.36 sore. Saya tiba di tempat 10 menit sebelumnya. Ketika mobil orang tersebut masuk ke parkiran, saya melihat jam di handphone saya: 5.36 PM. Oh my God! Sampai menitnya pun tepat! Gilaaaaa!!!
Tahukah Anda; Indonesia terkenal memiliki managemen waktu yang buruk?? Negara-negara lain sudah menganggap jam karet sebagai ciri khas orang Indonesia. Dari beberapa website luar negeri yang saya baca tentang Indonesia, jam karet tercantum sebagai salah satu “budaya” orang Indonesia. Meskipun itu adalah stereotype (tentu saja!), namun cukup membuat citra bangsa kita menjadi buruk!
2. Tidak Pasti
G: “Besok ketemu jam berapa?”
T: “Nanti gue kasih tau pagi-pagi deh…”
*Percaya aja!*
Besok siangnya…
G: “Say, gue udah rapih nih. Mau ketemu jam berapa?”
T: “Sorry gue baru bangun”
G: “Lha, kemaren katanya mau kabarin pagi-pagi??”
Janji pagi kasih kabar samapai siang tidak ada kabar. Ketika dihubungi tidak ada jawaban. Ini membuat kita serba salah. Menunggu dalam ketidakpastian sangatlah tidak enak! Tiap beberapa menit bolak-balik mengecek hp, capek! Mau mengerjakan sesuatu yang lain tapi takut yang bersangkutan tiba-tiba menghubungi. Biasanya saat kita sudah pasrah mengira janji tidak jadi, tiba-tiba yang bersangkutan menghubungi dan siap untuk pergi. Nah, tinggal kita yang kelimpungan bersiap dan terbirit-birit pergi.
Orang ini jelas berpikir kita tidak punya aktivitas lain. Anda harus sadar bahwa orang lain tidak selalu memiliki gaya hidup yang sama dengan Anda. Kalau Anda tidak ada acara seharian, belum tentu orang lain begitu! Bagi orang yang memiliki banyak aktivitas/kesibukan, waktunya terbagi untuk berbagai macam hal dan sudah terjadwal. Jika Anda senang membuang-buang waktu, silahkan saja, tapi tolong hargai waktu orang lain! Jangan buat orang lain menunggu Anda!
3. Perlu Konfirmasi
G: “Hey, lo di mana? Gue udah dari tadi nih di sini…”
T: “Oh lo jadi ke situ??”
G: “Lha, kan kemarin kita janjian di sini??”
T: “Abis lo gak konfirmasi lagi sih, gue pikir gak jadi…”
*Gubrak!!!*
Konfirmasi, konfirmasi, konfirmasi! Kenapa harus konfirmasi berkali-kali?? Bukankah menghabiskan waktu, energi, dan juga pulsa?? Apakah Anda kurang pendengaran hingga harus mendengar orang bicara berkali-kali??
4. Berubah-ubah
T: “Kayaknya gue gak bisa ntar siang deh, nanti malam aja yaaah??”
G: “Kan kemarin kita udah sepakat ketemu ntar sore??”
T: “Ya sih, tapi cowok gue tiba-tiba ngajak pergi siang ini…”
G: “Nanti malam gue gak bisa, udah ada acara lain!”
*Tutup telepon!*
Orang yang seperti ini tidak berpendirian, tiba-tiba memutuskan untuk melakukan hal lain yang dirasa lebih menarik. Sangat tidak sopan menunda janji yang lebih dulu dibuat untuk janji lain yang baru!
5. Batal di Menit-Menit Terakhir
T: “Say sorry ya, anak gue gak mau ditinggal. Next time aja ya!”
G: “Aduh maaf, gue sakit perut. Gue gak bisa pergi deh kayaknya…”
Seenaknya membatalkan janji di menit-menit terakhir bukan hal yang aneh di Indonesia. Tidak ada rasa tidak enak, alasannya pun bermacam-macam dan seringkali tidak masuk akal.
Saya sangat sering mengalami hal-hal menyebalkan seperti di atas. Yang mengherankan adalah (kebanyakan) orang Indonesia tetap membawa “jam karet” dan “tidak pasti”-nya ketika berada di luar Indonesia. Sejak saya tinggal di Singapura, saya sering sekali mengantar teman-teman dari Indonesia untuk berkeliling negara kecil ini. Tidak ada macet di sini, tapi tetap saja mereka tidak bisa tepat waktu.
Hari ini adalah puncak kekesalan saya, dimana seharian ini saya tidak melakukan apa-apa hanya menunggu seorang teman yang tidak jelas janjinya! Saya merasa sudah tidak bisa lagi mentolerir hal ini. Saya akan memilih membatalkan janji saja jika saya harus menunggu terlalu lama atau tidak ada kejelasan. Saya bisa melakukan hal lain yang berguna daripada menunggu orang yang tidak bisa menghargai waktu saya.
Salam,
Desi Sachiko
Featured image taken from surveycrest.com
*
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
3 Comments
Mmg susah sih utk menepati janji. Wktu janjian sm manager bank di cafe jg, pulang aja duluan. Hbs byk mata genit. Mending pulang, smp si managernya marah. Akhirnya janjian makan di kotaku sj. Kebenaran dia lg ada acara kantor. Rmhku sih udh tahu.
iya ini jadi salah satu kebiasaan yang memalukan. kalo saya si , biasanya saya usahakan satu jam sebelum jam janjian udah siap tinggal berangkat (kalo dalam kota/deket). percaya deh lebih enak berangkat lebih awal kalo janjian drpd telat. ntar kalo udah jam janjian dia nggak datang, kita toleransi 10 menit aja (udah syukur itu). kita sms. dan kita cabut hahahahaha
itu kalau yang butuh dia. kalau yang butuh kita, yah, kita musti ngalah deh kadang.
Bener budaya yg gak bagus.