Ketika Anda datang ke sebuah perusahaan atau kantor, Anda pasti melihat ada seseorang yang duduk sendiri di depan kantor. Kasian ya hahaha… Dia adalah Resepsionis, sebutan keren untuk penerima tamu.
Meski kebanyakan Resepsionis adalah wanita – dan dipilih yang memiliki penampilan menarik, tapi Resepsionis bukan pajangan untuk mempercantik interior kantor. Tugas Resepsionis lebih dari sekedar penyambut tamu. Di balik senyum ramah mereka ada peran penting yang erat kaitannya dengan reputasi perusahaan.
Jika Anda pernah belajar tentang Public Relation, Anda pasti tahu peran penting seorang Resepsionis. Resepsionis merupakan representasi sebuah perusahaan. Orang akan mendapatkan first impression atau image perusahaan melalui cerminan Resepsionisnya. Ini karena orang pertama yang dilihat dan berinteraksi dengan para tamu adalah Resepsionis. Jika Anda menemui Resepsionis yang jutek, cuek, dan kurang responsif, Anda bisa menebak seperti apa manajemen dan suasana perusahaan tempat dia bekerja.
Banyak orang mengira pekerjaan Resepsionis itu adalah pekerjaan mudah, tanpa perlu banyak berpikir. Padahal Resepsionis sering merasakan tekanan dan “makan hati” daripada karyawan dan karyawati yang ada di dalam ruangan kantor.
Saya pernah mencoba beberapa pekerjaan berbeda, salah satunya pernah menjadi Resepsionis di beberapa kantor lokal dan perusahaan asing. Berikut ini adalah penderitaan seorang Resepsionis berdasarkan pengalaman pribadi saya.
1. Haram Punya Bad Mood
Resepsionis selalu bertemu dengan banyak orang. Baik orang yang telah dikenal maupun orang-orang baru, mulai dari level bawah sampai level VIP alias orang penting. Resepsionis dituntut harus bisa menampilkan wajah ceria setiap hari. Lagi bad mood atau bad hair day?? Haram itu! Kalau ada masalah pribadi harus disimpan rapat-rapat dalam hati, jangan sampai mempengaruhi mimik wajah dan intonasi suara. Gak beda seperti pemain film, harus pintar akting.
2. Harus Punya Koleksi Pakaian Bagus
Tidak bisa dipungkiri, hal pertama yang dinilai orang adalah penampilan. Resepsionis itu tidak bisa memakai pakaian ngasal. Saya pernah lho bekerja di sebuah kantor yang mengharuskan saya pakai rok setiap hari dan sepatu tertutup berhak. Itu artinya saya harus membeli beberapa rok (kebanyakan pakaian kerja saya celana panjang) dan sepatu baru (saya pecinta flat shoes, nggak punya sepatu berhak). Harga pakaian formal yang berkualitas baik itu gak murah! Tentu saja untuk urusan pakaian kerja harus keluar modal sendiri. Sampai saat ini belum ada perusahaan yang berinisiatif mengeluarkan budget untuk penampilan Resepsionis. Padahal kalau Resepsionis penampilannya jelek, kucel, dan gak modis, kan yang malu perusahaannya sendiri.
3. Dilarang Meninggalkan Meja Terlalu Lama
Resepsionis itu kalo bisa diikat di kursi supaya gak bisa meninggalkan tempatnya. Kalau ke toilet gak bisa lama, dan harus panggil office boy dulu untuk nungguin meja sementara. Kalo office boy lagi gak ada?? Bisa minta tolong kurir kantor atau security. Kalo lagi gak ada semua?? Ya derita lo deh! Tahan pipis sampai ada yang bisa nungguin meja. Begitu juga saat makan siang. Kalau karyawan/ti lain bisa telat sedikit kembali ke kantor, jangan harap Resepsionis bisa begitu. Makan lebih sering take away dibeliin office boy. Kadang selesai makan ya harus langsung balik lagi ke meja, meski waktu istirahat belum satu jam.
4. Disuruh Bohong
Jadi Resepsionis itu harus mengikuti perintah semua orang kantor, harus mau disuruh berbohong meskipun hati tidak terima. Kalau gak mau?? Ya silakan cari kerja lain!
Boss: “Siapa pun yang telepon saya hari ini, bilang saya lagi meeting!”
Karyawan A: “Kalo pak X telpon bilang barangnya udah dikirim!” (padahal barang dibungkus aja belom!)
Karyawan B: Nempelin post-it di meja, isinya: “Kalo ada yang cari saya hari ini bilang saya gak ada, alasannya terserah.”
Penelepon 1: “Bisa bicara dengan bapak X ?”
Saya: “Bapak X keluar dari pagi, bu…” (padahal bapak X lagi cekikikan sama kolega di meja sebelah)
Penelepon 2: “Ibu Y sudah di tempat, mbak??
Saya: “Masih meeting… Ibu tinggalkan pesan saja, nanti kalau meeting sudah selesai saya sampaikan” (padahal ibu Y lagi main Facebook).
5. Dimaki-Maki Penelepon
Dimaki-maki oleh penelepon itu sih makanan sehari-hari. Kuncinya cuma ekstra sabar. Kalo gak bisa sabar ya depresi sendiri hahahaa…
Penelepon: “Mbak! Bilangin tuh ibu Y, saya tunggu jawabannya sekarang!!!”
Saya: “Saya sambungkan ke ibu Y saja, ya bu…?”
Penelepon: “Gak perlu, mbak!!! Saya udah males ngomong ama dia!!!”
Saya: “Lebih baik ibu bicara langsung dengan yang bersangkutan supaya jelas. Orangnya ada kok, ditunggu ya, bu…”
Saya: “Mbak ini gak dengar saya ngomong ya??” Mbak sampaikan aja pesan saya! Susah amat sih?? Nanti mbak telpon saya jawaban dia apa??”
Saya: *&^%$#@!
Debt Collector: “Mbak jangan bohong!!!”
Saya: “Orangnya emang gak ada pak, udah gak kerja di sini !” (Tetap bohong)
Debt Collector: “Gak percaya!!! Saya tungguin si A di sini sampe sore!”
Saya: “Silakan aja pak kalo mau capek!” (Padahal saya ketakutan ditongkrongin preman tukang tagih utang)
*Si A udah kabur lewat pintu belakang*
6. Dikira Kerja Santai
“Lo sih bisa santai, kan cuma angkat telepon doang!”
“Elo sih enak, kerjaannya gak bikin stress…”
Kata-kata macam itu pasti sering dilontarkan orang atau karyawan lain kepada Resepsionis. Jahat! 🙁
Ayo sini coba gantian duduk di depan. Saya pernah kerja dengan tiga pesawat telepon besar dengan puluhan tombol lines (mungkin jarang yang tau bentuk telepon seperti ini, karena pesawat telepon gak terlihat dari depan meja Resepsionis). Dalam hitungan detik ada beberapa telepon masuk. Kadang tiga lines berdering bersamaan. Sedangkan telinga cuma dua, dan kita cuma bisa pakai satu telinga aja kan?? Kalau tidak cepat menjawab telepon nanti yang telepon pasti marah-marah. Apalagi kalau transfer ke extention karyawan gak diangkat-angkat, sedangkan yang telepon gak mau tahu pokoknya harus nyambung! So? Masih mikir resepsionis santai?? Gak stress??
7. Harus Bisa Multitasking
Kerjaan Resepsionis cuma senyum terima tamu dan angkat telepon doang?? Itu sih jadul banget! Resepsionis itu harus bisa perkerjaan admin juga. Biasanya Resepsionis membantu bagian HRD atau finance. Banyangin deh punya paperwork tapi ngerjainnya sambil angkat telepon dan greeting tamu-tamu. Ini membutuhkan daya konsentrasi yang baik.
8. Punya Banyak Boss
Resepsionis itu dianggap karyawan level paling bawah setara office boy. Makanya karyawan/ti senang banget nyuruh-nyuruh Resepsionis. Padahal Resepsionis bukan asisten umum dan pekerjaan yang disuruh gak ada di jobdes lho!
Karyawan A: “Eh tolongin dong fax ini, dari tadi gue fax gak masuk-masuk, gue ada kerjaan lain nih!”
Karyawan B: “Tolongin nge-print dong!”
Karyawan C: “Cek dong, cuti gue tinggal berapa??”
Karyawan D: “Tiket saya ke Malaysia udah dibooking belom??”
Karyawan E: “Tolong telpon bapak Z ya, dia susah kalo ditelpon. Telpon tiap 10 menit sampe ketemu!”
Karyawan F: “Eh bantuin gue bikin flow chart ya!”
Karyawan G: “Bikinin surat keterangan buat bikin paspor ya! Sejam lagi saya ke imigrasi”.
Karyawan H: “Data yang saya minta tadi pagi mana??”
Karyawan I: “Ini difotokopi ya, rangkap tiga. Kalo udah taruh di meja saya!”
Karyawan J: “Bantu saya sortir file dong, kamu kan gak ngapa-ngapain…”
Karyawan K: “Tolong saya ……bla bla bla…..”
Karyawan L: “Bantuin saya……bla bla bla…..”
Saya: *&^%$#@! 🙁*Pentokin kepala ke meja*
Bayangkan jika satu karyawan memberi satu pekerjaan ke Resepsionis. Kapan selesainya?? Dikerjakannya sambil terima telepon dan menelepon pula. Ditambah lagi semua minta cepat selesai.
9. Kerja Tambahan dari Karyawan/ti Ilegal
Paling nyebelin itu kalau ada pekerjaan atau perintah datangnya bukan dari orang kantor. Saya sih nyebutnya karyawan/ti ilegal, karena memang yang nyuruh gak kerja di kantor kita. Kerjaan kantor aja udah gak ke handle ditambahin lagi kerjaan gak penting.
Contohnya 1:
Istri boss cemburuan dan posesif. Tiap jam bisa menelepon Resepsionis menanyakan suaminya. Apalagi kalau jam makan siang, harus pasang mata perhatiin si boss.
Istri Boss: “Bapak ada?”
Saya: “Udah keluar bu, makan…”
Istri Boss: “Makan sama siapa??”
Saya: “Tadi sih keluar sama pak B dan C, bu…”
Istri Boss: “Sama siapa lagi??”
Saya: “Saya liatnya cuma bertiga, bu…”
Isti Boss: “Ya udah, nanti liatin jam berapa bapak balik ke kantor. Lapor ke saya!”
*Dapat kerja tambahan jadi mata-mata*
Contoh 2:
Ada istri karyawan tukang ngecek suami.
Istri karyawan: “Suami saya lagi ngapain sih? Kok hp gak diangkat-angkat??”
Saya: “Gak tau bu, kan suami ibu di dalam. Gak kelihatan dari tempat saya…”
Istri karyawan: “Coba dong kamu ke dalam liatin kek!”
Saya: “Saya gak boleh ninggalin meja bu, mau ada tamu penting sebentar lagi”.
Istri karyawan: “Bisa suruh office boy??”
Saya: “Office boy lagi disuruh beli kue buat tamu, bu”.
Istri karyawan: “Kamu aja deh liatin, sebentar aja kok! Bilang ke suami saya, telpon saya sekarang!”
Saya: *&^%$#@!
*Dapat kerja tambahan jadi asisten istri posesif*
10. Jadi Information Center
A: “Liat X masuk gak?”
Saya: “Gak tau…”
A: “Kok gak tau sih?? Kamu kan deket pintu!”
Saya: “Saya kan bukan imigrasi harus liatin muka orang mau masuk”
B: “Surat buat gue mana??”
Saya: “Gak ada…”
B: “Harusnya ada! Kata klien udah dikirim 2 hari lalu!”
Saya: “Belum sampe kali…”
B: “Masa sih?? Lo cek deh surat-surat yang masuk!”
Saya: “Gak adaaaa…! Tiap ada surat masuk gue record di komputer. Cek JNE sana!”
C: “Aduh ATM saya ketelen, gimana ya??”
Saya: “Lapor bank lah!”
C: “Laporin dong, saya ada kerjaan nih…”
Saya: “Lah ya gak bisa, harus yang punya ATM yang lapor!”
D: “Rate dollar hari ini berapa?”
Saya: Mana gue tau, gaji gue masih rupiah!”
D: “Kan lo suka traveling ke luar negri”
Saya: “Ye emangnya tiap hari gue pantengin dollar!”
Pokoknya semua-mua ditanya ke Resepsionis.
11. Dilupakan
Resepsionis itu sering banget dilupakan. Kadang jadi merasa bukan bagian dari anggota kantor. Kalau ada acara sering tidak dilibatkan atau diajak. *ceritanya baper* 😀
A: “Nanti kita mau makan-makan acara farewell si B”.
Saya: “Acaranya after office hour?”
A: “Jam makan siang. Kamu jaga kantor ya!”
Saya: (Dalam hati) “Harusnya ngomong “kami” bukan “kita” tauk!”
B: “Makan siang si X mau traktir ultah”.
Saya: “Traktir di mana?”
B: “Di sop konro. Nanti kalo ada yang telepon kamu bilang kita semua lagi makan siang di luar ya!”
Saya: (Dalam hati) Yaahhh gak diajak… 🙁
Udah gak pernah diajak eh gak dibungkusin pula makanannya. Nasib… 😀
12. Dianggap Bodoh dan Tidak Tahu Apa-Apa
Hampir semua orang berpikir pekerjaan Resepsionis itu mudah dan tidak penting, jadi Resepsionis dianggap tidak lebih pintar dari karyawan/ti yang ada di dalam ruang kantor.
Karyawan A: “Oooh ternyata kamu ngeblog ya??” (kaget)
Karyawan B: “Lo bisa kerja pake 2 komputer sekaligus?? Hebat!” (gak percaya)
Karyawan C: “Kamu bisa excel ya??”
Karyawan D: “Lamaan kamu ya pake sosmed daripada saya. Saya pake sosmed baru beberapa tahun…”
Karyawan E: “Ooohh kamu bisa photoshop?? Saya aja gak bisa…”
Karyawan F: “Waahh hebat, ternyata kamu udah pernah ke luar negeri!”
Karyawan G: “English kamu bagus juga…” (Yaeyalah… Lo kira terima telepon dari luar negeri pake bahasa Jawa)
Karyawan H: “Oh kamu pernah makan di situ?? Yang makan di situ kan kebanyakan orang asing?”
Karyawan I: “Eh kok kamu tau itu bla bla bla….??”
Karyawan J: “Gak nyangka ternyata kamu bisa bikin bla bla bla… …”
“Yup, silakan terus terkejut! Don’t underestimate meeeee…!!!”
Meski Resepsionis adalah salah satu faktor penentu citra perusahaan, namun untuk urusan gaji jarang sekali Resepsionis yang diberi gaji lumayan. Sedangkan semakin lama persyaratan/kualifikasi menjadi Resepsionis semakin bertambah. Coba deh lihat iklan lowongan pekerjaan Resepsionis. Persyaratan: penampilan menarik, muda, ramah, berinisiatif, smart, fluent in English, bisa admin, dan lain-lain. Berasa kayak lagi nyari Miss Universe gitu.
So jangan heran kalo ada Resepsionis yang jutek. Maklumin aja, mungkin gajinya kecil tapi pekerjaannya banyak hehehee…
Salam,
Desi Sachiko
* * *
Apakah Anda suka artikel ini? Silakan bagikan:
7 Comments
Haduh ini sayaaa bangeeeetttt Mba. Meskipun saya bukan resepsionis hotel atau resepsionis di kantoran , tapi saya kerja di spa bagian FO.
Mau lagi bete, galau, baper, ampe lagi sakit pun kita tetep dituntut buat pasang senyum dan muka ramah.
Penuh dengan kepalsuan. Apalagi kalo ketemu customer nyebelin, nyeseknya kita tetep mesti pasang tampang super duper ramah padahal dalam hati misuh-misuh(?)
Kalo mood lagi bagus sih senyumnya ikhlas. Lah kalo lagi sedang nano nano kaya diatas tadi yaa mau ga mau pasang fake smile
Pngn nnya ni mba..
Kl krja jd resepsionis ga blh menikah slma brp taun ??
Trus kl si resepsionis itu pny anak yg msh bayi atau balita, ngurusnya pst susah ya ?
Aku bingung nih, soalnya aku ada rencana mau krja di hotel 🙁
Sama persis yg saya alami.
thats my feelings HAHAHAHA….. Pray for me :’)
ya ampun.. ini sih saya bangetttttt … ternyata ada juga yang ngerasain hal yang sama dengan saya!!
makasih yah Mba sudah mewakili perasaan kami yang jadi Resepsionist. Tapi yang lebih sedih itu kalau kita gak di anggap dan di anggap bodoh sama karyawan / karyawati yang ada di dalam. sedih rasa nya.. wkwkwk
iyah resepsionis sering dilupakan
sama persis apa yang saya alami